Minggu, 22 Desember 2019

Dua Ribu Sembilan Belas part 1


Saya merasa tidak adil jika tidak mengapresiasi perjalanan hidup saya selama tahun
2019 yang sangat kaya rasa ini. Maka, sebelum tahun ini terlewati, baiknya saya
mengingat-ingat kembali sambil menguraikannya dalam tulisan.

Januari – Juni 2019, Tentang Pekerjaan
Menjadi PPK
Saya & beberapa teman mendapat SK baru untuk kerja selama beberapa bulan demi
mengurusui peemilihan umum di kecamatan saya. Kami diambil sumpahnya pada tanggal
2 Januari 2019 di aula kantor. Saat penerimaan SK secara langsung dari Bapak Ketua,
saya ingat beliau bilang sesuatu ke saya dan saya langsung mengaminkan itu dengan
segera dan itu berkaitan denganm pekerjaan saya nanti.
Lalu saat beliau beri sambutan, beliau bilang ke kami “Ingat, yang kita pegang adalah
amanah keluarga dan itu harus kita jaga”
Kalimat itu selalu terngiang di telinga saya, bahwa yang harus saya jaga saat saya keluar
dari rumah untuk pamit kerja atau kemana adalah amanah keluarga saya, adalah nama
baik keluarga saya.
Saya sangat senang bisa bekerja untuk mengurus itu, mengetahui segala proses dan
bekerja dalam proses itu. Otak dan kesehatan yang stabil sangat diperlukan. Jadi saya
bersyukur saat melaksanakan pekerjaan itu tetap diberi kesehatan yang baik.
Dipekerjaan itu juga emosi saya terkuras, saya pulang dengan cemas dan itu beberapa
kali terbawa dalam alam bawah sadar saya. Saya serin bermimpi mengurusi data-data di
depan komputer, memberi penjelasan tentang sesuatu ke orang dan pernah beberapa kali
menemukan solusi tentang penyelesaian beberapa kerumitan di komputer melalui mimpi.
Mungkin ini yang dinamakan the power of dream.
Saya bahagia dikelilingi oleh banyak teman-teman yang juga mengurus pemilihan di
kecamatan ini, mereka dengan latar belakang tahun kelahiran yang berbeda tapi dengan
semangat kerja yang sangat dahsyat. Dari merekalah saya belajar.
Terima kasih untuk Ka Lani, Ka Arni, Pa Jon & Pa Ignas teman-teman PPK Langke
Rembong dari tahun 2017-2019. Juga untuk semua teman-teman PPS dari 20 kelurahan
di kecamatan ini.

Belajar Menjadi Penyiar Radio.
Ini berlangsung hanya di bulan Januari – Februari saja.
Saya sangat suka belajar, sampai pada suatu malam di awal Januari 2019 saya
memiliki keinginan yang kuat untuk belajar menjadi penyiar radio.
Saya menemukan bahwa suara saya datar sekali teman-teman, dan orang-orang

disekeliling saya tetap mendukung. Apalagi teman-teman di studio RM. Namun, saya 
memutuskan untuk kembali menjadi pendengar yang sangat setia. 
Terima kasih sudah memberi kesempatan, saya percaya RM akan selalu berjaya.

Merayakan Valentine dengan Makan Kolak
14 Februari 2019. Jadi ingat momen cabut ubi kayu di kebun Mama Mia di Satar Tacik, 
terus 
masak di studio dan duduk merayakan valentine beramai-ramai. 
Setelah sangat lama, si kaka akhirnya minta maaf ke saya untuk sesuatu yang memang 
dia buat. 


April 2019. Relasi dengan Seseorang. 
Saya harus membuka pesan singkat dan Whatsapp kami untuk memastikan tanggal kami 
jadian. Sampai sekarang segala chat kami, rekaman suara dan screenshot wajah saat 
video call masih saya simpan. Trus kapan saya move on? 
Yah, saya sudah move on sejak relasi kami selesai, apa salahnya menyimpan hal-hal 
yang indah?
Bukan hanya kenangan yang dengan dia saja yang masioh ada, kenangan teman eman 
terdekat juga masih saya simpan dipikiran dan di kardus kenangan. Saya punya kardus 
kenangan tempat menyimpan barang-barang milik mantan-mantan saya. Saya sengaja, 
karena ini memang hidup saya. Saya memutuskan untuk menghilangkannya dari hidup 
saya saat H_3 pernikahan saya. 
Lalu kembali ke dia, setelah sekian lama saya mengambil jeda dari hubungan yang 
memakan waktu beberapa tahun dengan seorang, saya pun memulai relasi yang baru 
dengan si dia.  
Saat itu kami beda pulau, operator jaringan lha yang membuat kami dekat lalu saling 
nyaman. 
Hari itu tanggal 1 April, percakapan yang dimulai dengan bertanya kabar adalah hal yang 
jarang saya buat. Itu chat pertama saya yang tidak “garing” ke orang. Kami saling 
telepon, lalu ini...itu...dan kami jadian. Kami menaruh minat pada hal yang sama, 
beberapa program dalam hidup kami ada yang sama dan juga ada yang bersinggungan. 
Mungkin begitulah kisah dua anak manusia bertemu. 
Sampai pada suatu malam di Gua Maria, saya menangis karena saya rindu dia dan dia 
tidak ada di Ruteng. Nangisnya tidak direncanakan, habis doa lalu sedih dan air mata 
berderai begitu saja. “Ko kita harus jadian saat jauh begini?” Saya omong sambil lihat 
mata dia yang sekarang mulai saya lupa. Saya yang sekarang tidak kecewa karena saya 
yang dulu pernah begitu, itu bukan karena lemah. Itu karena kita punya air mata. 
Saya ingat cara dia menenangkan saya di video call, dia jadi seperti kaka. Tiap malam 
selalu telepon untuk temani saya pulang kerja, untuk cek saya sudah makan apa belum, 
untuk memastikan saya tidur sebelum pukul 12 malam dan untuk memastikan saya baik-
baik saja di Flores. Yah, mungkin inilah namanya kemilau kami berganti bentuk. 

Apa lagi hal baik yang ingin saya kenang tentang dia?

Dia menulis tentang saya di hari kami jadian, kapan saja saya bisa membuka tulisan itu. 
Tapi saya tidak memilih melakukan itu lagi, saya menghindari segala tulisan yang dia 
buat. 
Relasi kami selesai dengan cara paling romantis. 
Saya lihat kerutan di sekeliling mata dia saat kami berdoa bersama menghadap hamparan 
sawah. 
Saya lihat saat dia memejam mata dan khusyuk berdoa. 
(saya menahan sedih saat mengetik ini)
Terima kasih untuk kamu, 
untuk telinga yang saya bagi keresahan
untuk takut saya yang kau tenangi
untuk penerimaan
untuk segalanya
Memang, kemilau selalu berganti wujud. 
Bersambung ..................................  

Kamis, 12 Desember 2019

Jika Definisi Surga Dapat Dicicil (Bukan Puisi)

Jika saja definisi surga dapat dicicil
Hari ini adalah hari yang tepat,
Untuk mengenang hari saya,
Juga mengenang hari saya dan kamu,
Siapa pun kamu,
Definisi ini tidak akan membatasi kita,

Pertama,
Definisi yang mengenang hari saya,
berjalan seorang diri menempuh perjalanan yang jauh,
harum parfum penumpang lain & banyak tanya adik kecil
melihat orang-orang berinteraksi,
lahan persawahan dengan petani yang tak saya potret,
senyum ke luar jendela dengan tanya
“Bagaimana hari ini?”

Kedua,
Hari yang akhirnya saya ijinkan
membuka benang relasi
yang sejak beberapa bulan saya ikat,
itu karena kamu datang.
Malam itu saya melihat pancaran 
ketulusan pertemanan,
entah sampai kapan, 

Surga adalah saat bersandar di pundakmu
waktu berhenti di Puncak Waringin, 
saya kehilangan segala obsesi.
Surga adalah ketika kebingungan yang ditutupi 
wajah tanpa ekspresi,
ditenangkan oleh dia dengan penuh kasih.
Dalam diam, telepati bekerja. 

Bagi saya, surga sulit diganti dengan kata lainnya. 
Tiap saat saya menemukan surga kecil saya. 

Di bawah sinar bulan di Puncak Waringin, 
angin laut berhembus menerpa wajah saya,
saat itu, bersandar di pudak dia saya merasa
hidup saya sangat tergenapi dan saya kehilangan
segala jenis obsesi. 
Terakhir, surga adalah ketika hati kehilangan obsesi.


Salam
Cici Ndiwa, 

Terima kasih, tulisan ini dibuat untuk mengenang relasi manusia
dan mengenang seberapa baik kamu.

Kamis, 28 November 2019

Tiga Hari Mengenal Kopi

Saya memberi judul seperti itu karena saya masih ingin belajar dan belajar lagi tentang
Kopi terlebih Kopi di Flores. Saya memulainya dengan belajar mengenal Kopi Manggarai,
semoga semesta memberi ijin biar saya bisa merasakan Kopi di derah lain di Flores ini.
Tulisan di blog ini bermula dari keinginan saya untuk menuliskan apa yang telah saya
dapat dari pelatihan yang diselenggarakan dinas di Kabupaten yang saya cintai ini.
Walau pelatihan itu gratis, saya tak ingin hanya sekedar.


Singkat cerita, saya mendapat kesempatan untuk belajar mengenal kopi yang
bertempat di Kafe Kopi Mane. Berkaitan dengan Kopi Mane, akan saya tulis tersendiri
di blog ini.
Tulisan di blog ini, mungkin tidak bisa dijadikan acuan untuk orang-orang yang ingin belajar dengan mendalam tentang kopi.
Kegiatan yang saya ikuti berlangsung di Minggu ketiga bulan November. Tiga hari kegiatan ini dilaksanakan.

Pesera kegiatan lumayan banyak dan datang dari berbagai tempat di Manggarai ini. Ada
yang dari Langke Rembong, Ruteng Pu’u, Liang Bua, Reo, Todo & Wae Rebo. Kami
bertemu karena kopi. Karena kecintaan kami pada Kopi Manggarai.
Narasumber pada kegiatan ini ada empat, ada Pak Adam, Pak Bony, Pak Hubert dan Kak
Wenty. Dari merekalah kami belajar selama tiga hari itu.
Kegiatan ini dimulai pada Selasa, 20 November 2019. Dibuka oleh sambutan Bapak
Kepala Bidang, sebenarnya dibuka oleh Bapak Kadis Pariwisata namun karena sedang
sakit makanya dibuka oleh Bapak Kabid.
Seingat saya dalam sambutannya Bapak Kabid menekankan tentang konsep berpikir dan
juga paradigma baru yang berkaitan dengan pariwisata dan kearifan lokal.
Setelah itu rangkaian kegiatan dimulai. Pada hari pertama lebih banyak tentang teori.
Narasumber pertama, Bapak Adam mengenalkan tentang Kopi Arabika dan Kopi Robusta.
Yang sesekali diberi tambahan oleh Bapak Hubert dan Bapak Bony.
Seingat saya, hehehe.......
Saat itu dikenalkan tentang Kopi Arabika dan Kopi Robusta. Kopi Arabica memiliki cita
rasa sweeter dan Kopi Robusta memiliki cita rasa stronger. Saat ada kesempatan untuk
bertanya, saya pun tanya ke bapak narasumber "Bagaimana kalau pohon kopi itu telah
tumbuh lebih dari 50 tahun? Apakah berpengaruh pada cita rasanya?” Lalu beliau
menjawab, Ya lebih bagus dan cita rasanya lebih enak. And i’m so happy. Kami memiliki
kebun yang ditanami kopi dan usianya berkisar mencapai lima puluh tahun. Namun
kurang dirawat, mungkin ini akan jadi project saya selanjutnya.

Oh ya teman-teman. Untuk mendapati kopi bercita rasa yang baik (ini akan
mempengaruhi nilai jual), tiap prosesnya harus diperhatikan dengan sangat baik. Mulai
dari hulu ke hilir. Kopi diberi perlakuan yang baik.

Ada beberapa proses pasca panen biji kopi yang telah masak
yakni natural proses, semi washed proses dan fully washed. Tiap proses itu memiliki
keunggulannya masng-masing.
Saya ingat, saat masih kecil biasa ikut orang tua dan nenek ke kebun di Kedutul untuk
petik kopi. Sehabis memetik kopi yang kami lakukan adalah melakukan perambangan,
menaruh kopi di dalam ember yang terisi air dan membuang biji kopi yang terapung di
permukaan ember. Selanjutnya kami menumbuk kopi yang berbiji merah di lesung 
(Ngencung dalam bahasa Manggarai), untuk memisahkan biji kopi dari kulitnya.  Setelah 
itu kami mencuci sampai bersih dan menjemurnya. 

Hal yang saya pikir tindakan di masa kecil itu salah yaitu kami menjemurnya di atas 
tanah dan hanya beralas karung yang tipis. Ini cara yang kurang benar teman-teman.
Selanjutnya tentang roasting & target cup. Di materi ini, narasumber secara bergantian 
memberikan materi yang sesuai dengan yang mereka tahu/kuasai. 

Roasting merupakan unsur penting dalam kopi, ungkap Bapak Hubert membuka sesinya. 
Kita belajar kopi dari hulu ke hillir, demi menjaga cita rasa kopi. Bayangkan 1 Kg Kopi 
yang diolah atau diproses dengan sangat baik akan menghasilkan 88 cangkir, begitulah 
yang diungkapkan Pak Bony. 

Di hari pertama juga kami belajar tentang kopi Espresso, espresso biangnya kopi. 
90-99 derajat air yang diperlukan untuk menyeduh kopi espresso. Karena Ruteng ini 
suhunya dapat berubah-ubah jadi airnya harus tetap dipanaskan dia tas ketel listrik. 
Ada empat faktor untuk menghasilkan espresso yakni mesn espresso, grinder, kopi dan 
barista.  Untuk segelas espresso yang bai dibutuhkan kesegaran biji kpi, teknik barista, 
kualitas dan suhu air dan juga waktu ekstraksi. 

Masih banyak hal detail yang kami pelajari tentang espresso, sekiranya itu menjadi teori 
di kepala yang menggeakan hati dan tangan saya saat membuat kopi. Iya..iya ini jadi 
salah satu perencanaan dalam hidup (................)
Pada hari Rabu, 20 November 2019
Kami langsung mempraktekan segala teori yang telah kami peroleh di hari sebelumnya. 
Dimulai dengan menyortir kopi. Ada dua jenis kerusakan pada kopi yakni primary deffect 
dan secondary deffect. Primary deferct berkaitan dengan jika ditemukannya kopi biji 
yang hitam, ada kotoran yang menempel, ada batu kecil dan ada ranting atau benda-
benda kecil dalam kopi tersebut. Secondar deffect berkaitan dengan ditemukan lobang 
kecil akibat dimakan oleh serangga dan kopi yang pecah. Note: ada toleransi berkaitan 
dengan ini. 

Untuk memperoleh kopi dengan cita rasa yang pas. 30% ada pada saat panen, 30% 
ditentukan pada saat kita mengolah pasca panen dan 40% ada di sangrai. Saat itu kami 
melakukan sangrai kopi menggunakan alat. Masing-masing kelompok menyangrai 
kopinya. Sebelum saya lupa, kami dibagi dalam dua kelompok besar lalu dari dua 
kelompk besar itu dibagi lagi menjadi kelompok kecil. Jadi ini sangat efektif bagi kami. 
Dua kelompok besar itu yakni kelompok Arabika dan Robusta. 
Setelah melakukan penyortiran, kami pun melakukan roasting kopi yang diajari oleh Pak 
Bony. Ada alat khusus yang dipakai untuk meroasting kopi dan saat itu kami 
membutuhkan waktu 17 menit. Aroma kopi sangat terasa, kami makan biji kopi seperti 
kami memakan jagung goreng. Enak dan nikmat tanpa mengeryitkan kening untuk 
menahan pahit.
Pelajaran selanjutnya yang kami lakukan adalah menghirup aroma kopi sebelum diseduh 
dengan air. Note: kopi menyerap aroma-aroma tumbuhan yang ada disekelilingnya. 
Jelas saja, saat itu kami menghirup kopi dengan aroma pisang, nangka, kayu manis & 
cokelat. Sungguh kaya kopi Manggarai. 
Kami juga merasakan kopi yang sudah diseduh dengan air. Rasanya berbeda. yah 
memang berbeda kan. 
Hari ketiga kami belajar langsung tentang membuat kopi espresso. 
Karena sibuk memperhatikan teman yang sedang mempraktekan itu, saya jadi mendapat 
jatah dua kali saja untuk mempraktekan dan itu juga kurang berhasil. 
Saya masih berharap akan diberi waktu untuk belajar langsung di kafe Pak Bony dan Pak 
Hubert. 


“Saya ingin jadi orang yang mengurus dan menulis perjalanan cinta Kopi Manggarai” apa 
ini terlalu ambisius? Apa ini terlalu lebay?
Hidup harus lebay, biar tidak sekedar ikut ramai.  

Cici

Jumat, 22 November 2019

Menunggu

Kamu masih menunggu, bukan?
Sama. Di sini juga saya sedang menunggu.
Saya namai ini menunggu, 
karena tak ada nama yang lebih indah
untuk menamai ini. 
Menamai ini hanya dengan membayangkan
kamu tiba-tiba kembali, 
karena tiba-tiba manusia adalah
rencana Sang Sahabat Sejati. 

Saya membayangkan kamu kembali, 
lalu kita duduk di bawah sinar mentari pagi,
sampai berpelukam sa,pai pagi lagi
menghabiskan sisa usia kita
dengan secangkir kopi Arabika, Robusta dan Juria.
Kamu membaca koran pagi, buku-buku tebal
dengan keharuman kertas yang kuat,
dan saya membaca buku puisi sambil sesekali mengetik kata-kata
yang ingin saya simpan untuk generasi kita, kelak.

Kepada generasi setelah kita,
kukisahkan bahwa menunggu seseorang dengan penuh harapan
dan kasih bukanlah hal yang sia-sia,
merasai setiap hari, mengirim telepati tiap hari
walau lucu dan lebay itu sungguh hal yang menyenangkan
dengan begitu kita disatukan dengan bantuan Sang Sahabat Sejati.
Akan kukisahkan begitu, lisan dan tulisan. 

Aku menunggu,
yang memisahkan kita hanyalah pintu tanah,
melihat seseorang ditutup tanah
dan seorang yang lain merengkuh lutut dan berdoa.

Kita berpisah,
seorang menangis di pusara
dan seorang lagi dimakamkan.

Note: Di sini, saya menunggu. Jika ini masih disebut menunggu

Ruteng, 22 November 2019

Cici




Jumat, 15 November 2019

Dingin di Kaki


Masih seperti malam-malam sebelumnya, bahkan ini sudah menjadi rutinitas saya yakni
memakai kaus kaki. Saya selalu memastikan punya kaus kaki yang kering dan bersih,
karena tiap malam saya wajib memakai kaus kaki.
Saya takut kalau telapak kaki saya dingin, jika saya sentuh dan terasa dingin maka saya
akan dengan sigap menggosokkan minyak kayu putih lalu memakai kaus kaki.
Saya pikir ketakutan ini aneh, toh saya terbiasa dengan suhu Ruteng yang dingin.
Saya seringkali membayangkan jika di dunia ini tak ada kaus kaki, entah bagaimana
kaki-kaki manusia yang suka menghalau dingin di telapak kaki.
Saya seringkali membayangkan kalau suhu di dunia ini sangat pas dengan tubuh manusia,
jadi tak ada yang mengeluh terlalu dingin atau terlalu panas.
Namun yang pasti, saya selalu ingin punya telapak kaki yang hangat saat malam biar bisa
tertidur dengan nyaman tanpa direpotkan menarik kain selimut atau digigit nyamuk.


Salam


Pemilik Rumah

Kamis, 14 November 2019

Sebelum Tidur Malam


Memasuki bulan November saya jarang olahraga atau melakukan aktifitas fisik yang
lumayan berat. Untuk urusan kerja di dalam rumah paling batas sampai pukul dua siang
saja. Setelah itu saya bisa santai untuk nonton, baca buku bahkan istirahat siang.
Saya pun bukan seseorang yang selalu makan dengan teratur dan bergizi. Kadang saya
lupa untuk makan, giliran merasa sangat lapar baru saya ber-ohhhhh panjang dan bilang
“pantas..Cici kan belum makan”

Saya juga suka minum kopi. Sore ini saya sudah habiskan setengah gelas kopi manis,
saat minum saya berharap minum kali ini tidak akan mengganggu jam tidur malam saya.
Syukurlah, saat menulis ini saya sedang didera perasaan mengantuk luar biasa. Jadi saya
bisa tidur malam ini saudara-saudara.

Beberapa malam saya tertidur dengan cepat saat sedang santai menunggu balasan chat
dari teman. Saat chat saya dibalas, malah saya yang tertidur dan akan ngeh esok
paginya. Lalu buat drama pagi lagi soal itu. Untunglah selalu dimaklumi.
Sebelumnya saya ini seorang yang insomnia, saya kadang tak tidur sama sekali selama dua
sampai tiga hari. Hal itu berulang terjadi apabila saya punya bahan bacaan yang bagus. 

Malam ini, saat menulis untuk blog.
Saya sedang mengandaikan sesuatu yakni “andai mimpi bisa diminta”
Akan saya tulis untuk blog ini di hari esok.
Jadi sebelum tidur malam ini, ingin sekali saya mengucapkan segala maaf dan syukur
untuk hari yang Tuhan kasih untuk saya.
Terima kasih untuk hari ini, hari ini masih indah untuk saya.
Selamat tidur, semoga mimpi indah.


Salam

Pemilik Rumah

Senin, 11 November 2019

Disapa Ligota (2)

: Pertentangan Kita


Kau tanya “apa aku tahu neraka?”
hanya karena panas terik, tanah tandus, pohon yang meranggas
dan jalanan yang berbatu.
Aku tak jawab apa-apa,
kau hanya menghindari bebatuan besar
dan mencari cela yang pas untuk ban motor
yang membawa kita.

Aku melihat ke sekeliling,
anak-anak yang pulang sekolah dengan berjalan kaki
dan menutup kepala dengan buku tulis.
Orang muda yang duduk di bale-bale di bawah pohon Mangga yang masih muda,
mama-mama sedang duduk menunggu anak dan suami untuk makan siang
dan kita adalah orang asing yang mencari celah dan surga untuk bisa diunggah. 

Ku arahkan kamera ponsel ke arah pohon yang meranggas, 
kamu bilang itu indah untuk diunggah ditambah caption ala-ala
Ku arahkan kamera ponsel ke arah lautan yang masih jauh
yang kini masih kita tempuh, kamu bilang itu biasa
Ku arahkan lagi ponselku ke arah anak-anak yang berjalan kaki
dengan seragam pramuka, kamu mengendarai motor dengan sangat pelan.


Pohon yang meranggas memang indah jika diunggah, 
ditambah dengan caption ala-ala, 
begitu juga laut yang dipotret dari kejauhan. 
Yang indah memang mengundang selera dalam bentuk like di media sosial 
dan jumlah dilihat di story WA.
Semoga hujan segera turun dan menumbuhkan pucuk-pucuk pohon
dan rerumputan hijau.

Kelak kita harus lebih berhati-hati, mungkin celah yang siang ini kita lewati
harus kita hindari saat perjalanan di waktu yang lain.
Aku terhenti saat mengarahkan kamera ke anak-anak, 
tak ada potret yang berhasil aku ambil. 
Mereka lebih jauh membidik nurani saya.
Karena Ligota selalu menyapa saya sepanjang perjalanan......................


Ruteng, 11 November 2019. 

Saya,

Cici

Minggu, 10 November 2019

Disapa Ligota (1)

: Untuk waktu kita


Jalanan panjang berujung di persimpangan
Sawah yang menghijau dan
Kerbau yang bercengkrama dengan burung bangau
Para petani sedang berjalan di pematang
Seorang nelayan sedang membenarkan kail
Dua orang pemuda sedang duduk di bawa rindangnya pohon beringin
Dan kita yang disapa Ligota siang itu

Kamu bersiap untuk memotret bangau putih dan kerbau
Saya mulai berlari menuju bibir pantai
Dalam potretmu bangau putih sedang terbang
menjauhi kerbau,
terbang di atas hamparan sawah yang hijau
sembari menyapa petani yang sedang berjalan perlahan di pematang

Saya berlari menuju pantai
dan ombak pecah di bawah kaki saya
Berkali-kali ombak datang dan pecah di bawah kaki saya,
lalu kembali bergulung pergi menjauhi saya,
membawa pesan kaki yang tertatih agar pemiliknya tak selalu berdalih

Seorang nelayan sedang memperbaiki jala
Sesekali mengelap keringat yang hampir tumpah menyentuh dada
Seringkali memandang jauh ke arah lautan
“semoga malam ini ikan tak cerdas menghindari jala"

Di sana
Para petani sedang duduk di pematang
“semoga padi yang merunduk pandai menyembunyikan bulirnya”
Sementara burung bangau sedang mengincar kerbau
dan menjauhi seorang lelaki dengan id card semacam yang mengalungi lehernya

Siang ini kami disapa Ligota
Panas yang terik terkena kulit,
masih saja berlari di pinggir pantai,
mengambil video buih ombak dan lautan luas,
memotret gunung dan sawah yang menghijau,
di kejauhan sebuah pulau berdiri dengan megah,
di pandangan mata yang lain ada muara sungai yang tenang,

Siang ini kami disapa Ligota
Surga lain yang jatuh di Purang Mese,
Siang ini surga sedang sepi,
anak-anak sedang bersekolah,
muda mudi sedang bekerja,
orang tua sedang merangkai
kalimat bernas apa lagi yang akan dilanjutkan untuk generasi

Siang ini kami disapa Ligoti
Surga lain yang tertangkap mata kami

Untuk kita, semoga selalu ada surga yang lain.






Ruteng, 10 November 2019.

Minggu, 27 Oktober 2019

A GIFT FROM A FRIEND - MERRY RIANA

# Buku ke- 2

Saya sedang buat pogram menyambut hari ulang tahun saya yang ke 25 dengan membaca 20 buku Bahasa Indonesia dan 5 buku Bahasa Inggris. Saya memulainya pada hari ini Kamis, 24 Oktober 2019 dengan sebuah buku motivasi berjudul A Gift From A Friend.

Saya akan tulis bagaimana buku ini bisa meperbaharui mindset saya dan memotivasi saya. Oh ya, buku ini saya pinjam dari Yayasan Klub Buku Petra.

Langsung saja...
Saya menyukai warna cover, jenis huruf dan foto Merry Riana. Saya juga menyukai jenis kertas yang digunakan dalam buku ini. Sungguh manis dan memikat. Tiap tulisannya tidak membosankan. Ada 24 orang yang memberi komentar positif sebagai pembuka buku ini, saya memilih untuk tidak membacanya. Saya ingin menemukannya sendiri atau ingin mempunyai kesan tersendiri.
Mengenal Merry Riana. Ia seorang Miliarder muda, hanya dalam waktu 4 tahun sejak kelulusannya ia telah mencapai banyak kesuksesan dan mendapat penghargaan baik dalam pekerjaan maupun hobinya. Ia sungguh mendalami dan mencintai apa yang ia lakukan dan segala ide yang terlintas dalam benaknya juga ia rangkul. Saya senang saat Merry Riana menuliskan tentang dia menyadari bahwa semuanya dimulai dengan sebuah percikan kreatif yang meyala terang di dalam dirinya.

Buku ini membuat saya sadar untuk mengarahkanmotivasi saya dalam membuat impian saya nyata. Setelah kembali berefleksi tentang motivasi, saya merasa yang menjadi motivasi Merry Riana juga menjadi motivasi saya untuk hidup. Berangkat dari saya mengingat bahwa saya sudah memasuki usia 24 tahun dan sudah menyelesaikan pendidikan sarjana saat usia 22 tahun. Orang tua saya semakin menua dan masih saja bekerja keras untuk mengurus hidup dan sekolah adik-adik, saya sadar hidup saya belum punya kontribusi apa-apa untuk mereka. Terkadang masih sering pinjam uang sama mereka. Melihat itu saya pun berpikir, JIKA SAYA SUKSES SUATU HARI NANTI, SAYA INGIN SUKSES KETIKA MASIH MUDA, SEBELUM USIA SAYA 30 TAHUN. DENGAN BEGITU, SAYA BISA MENGAJAK ORANG TUA SAYA LIBURAN DI LABUAN BAJO BAHKAN KE LUAR NEGERI, MEMAKAN MAKANAN TERBAIK, PUNYA PELAYANAN KESEHATAN YANG TERBAIK DAN DAPAT HIDUP DENGAN AMAN DI RUMAH YANG NYAMAN. Yah, ini akan saya jadikan mantra, saya ucap tiap hari biar semakin semangat untuk sukses. Saat menulis ini, saya sedang mencari modal dan mengasah skill untuk satu usaha. SAYA INGIN SUKSES UNTUK MEREKA. Merasa tidak berlebihan jika saya bilang ke diri sendiri kalau saya jauh lebih bernilai daripada apa yang telah saya kira selama ini.

Namun dari semuanya itu, saya sedang berpikir tentang apa yang sebenarnya saya inginkan?
Saya ingin sukses sebelum usia 30 tahun, ingin membahagiakan orang tua saya. Untuk mencapai keinginan saya itu, saya harus kerja. Bekerja dengan rutinitas yang itu-itu saja, namun dengan gaji yang kurang saya pikir itu akan menghalangi rencana sukses saya demi membahagiakan orang tua. Bisa jadi saya akan sukses saat usia 50 tahun atau 60 tahun. Sebenarnya saya harus tahu keinginan saya biar saya bisa kontrol hidup saya sendiri. Biar tidak cepat terpengaruh.

Beberapa pernyataan yang sekiranya dapat menjadi sebuah refleksi panjang untuk saya.
Pikirkan semua hal positif yang pernah terjadi dalam hidup !
Pikirkan semua hubungan positif yang pernah anda miliki !
Pikirkan hal-hal positif dalam kepribadian anda sekarang !
Dari buku ini juga saya belajar tentang pola pikir kewirausahaan dan saya memposisikan diri saya ke arah kebebasan finansial sebelum usia 30 tahun dan membawa keluarga saya ke arah kesejahteraan dan kemakmuran hidup. Bagi saya, semua orang berhak bahagia dan sukses. Saya menggaris bawahi sukses sebagai kebebasan finansial. Saya sangat merasa seringkali kehabisan uang selama usia 23 & 24 tahun ini. Punya utang pribadi yang tiap bulan harus saya cicil & saya masih dengan status menumpang di rumah orang tua. Beberapa impian saya ke luar kota untuk kerja dan pelatihan harus kandas karena tidak memiliki biaya sendiri.

Saya bersyukur saya kembali menemukan buku ini saat usia 24 tahun, saya ingat pertama kali saya membaca buku ini di perpustakaan kampus saat masih berusia 20 tahun.
Saya menutup hasil pengalaman baca saya dengan kutipan yang sangat saya percaya bahwa ini sungguh ampuh “Apa pun yang dapat kita bayangkan, asal kita percaya, akan dapat dicapai”

Selamat malam, Cici.
Selamat meraih kesuksesan dalam hidup.
Tak ada yang terlambat dan jangan takut apa-apa.
Percayalah pada penyertaan Tuhan dalam hidupmu,
dan berjuanglah untuk kemakmuran adik-adik dan orang tua
sebelum kamu memasuki usia 30 tahun. Amin.


Salam

Pemilik Rumah

Ruteng.
Dokumen Pribadi.

Kamis, 17 Oktober 2019

Malam di 17 Oktober 2019

Sempat terlintas di pikiran saya kalau hari ini saya kurang berguna.
Saya sedang melamun, mengisi jeda membaca buku. 
Melamun memang pekerjaan paling indah, di tengah lamunan itu saya impikan kalau pada suatu hari nanti saya akan ambil magister di kampus favorit saya & lulus CPNS. Ingin sekali saya mewujudkan itu, menggapai itu biar Bapa & Mama bangga pernah menyekolahkan saya. 

Seminggu yang lalu saya pakai waktu untuk belajar persiapan test. 
Lalu malam ini saya tidak melakukan itu. 
Saya merasa tidam begitu berguna malam ini.
Saya baca buku selama dua jam belum juga selesai-selesai.
Pokoknya perasaan saya aneh, ada yang ingin saya gapai tapi saya tidak tahu itu apa. 
Ada yang ingin saya tuntaskan, tapi saya tidak tahu bagaimana saya memulai itu. 

Hari ini saya lalai membuat video, saya merasa kurang pas dengan itu.
Namun saya memilih untuk membuat hal lain, tidak memikirkan bagaimana konsep video itu. 

Untuk Cici di masa depan, tolong jangan lalai dan jangan kerja saat hampir deadline. 

Saya ingat lagi apa yang hari ini saya buat, 
Yah..saya mencuci pakaian tanpa memakai mesin cuci.
Saya pikir itu bisa masuk dalam kriteria. Saya berguna. 


Salam

Pemilik rumah

Bukan Buku Harian


Saat itu kita sangat jauh dengan zona waktu yang berbeda & pekerjaan yang beda. Sering kita pakai waktu untuk cerita lewat telepon, chat sampai video call. Membagi banyak sekali cerita; kita saling mendengarkan tanpa memotong pembicaraan.
Semua hal kita bagikan, saling mengenal aktivitas satu dengan yang lain.

Sebenarnya saya ingin menulis apa di sini?
Biar apa saya menulis tentang kami, tentang dia di sini?

Ternyata hati saya sudah sembuh, saudara-saudara.
Menyadari kalau tidak ada yang salah, semua hal baik-baik saja. Yah memang semestinya begitu. Suasana & situasi yang mengkondisikan saya harus terlihat baik-baik saja.
Menjawab dengan baik semua curiga teman teman tentang kami.

Saya pernah berpikir kalau dikondisikan seperti ini, kami mungkin akan kembali memulai.
Memang perasaan jika sudah dua kali terluka, akan sangat sulit disembuhkan.
Saya alami itu, lantas bahasa tubuh dan semua hal yang berkaitan dengan kamu sungguh saya batasi.
Saya menghindari semua tentang kamu.

Begini...
Perasaan saya terlalu lembut untuk pilihan kata dan nadamu yang kasar.

Ternyata..
Dengan menghindari kamu dan usaha-usaha untuk melupakan kamu, saya tidak betul betul melupakan kamu.
Saya masih punya opsi lain, lantas saya lakukan.
Saya tidak lagi menghindari kamu & tidak lagi berusaha melupakan kamu.

Percuma melupakan orang yang memiliki ijazah sarjana pendidikan sama dengan kita, karena akan ketemu saat pergi melamar kerja dan bisa jadi bisa satu team dan bekerja sama kan?

Tiap kali ingatan tentang kamu datang, saya menerima dengan baik. Tidak seperti sebelumnya yang saya tolak mentah mentah.
Saya biarkan pikiran ini mengingat tentang kamu, mengingat kenangan tanpa coba membuat kenangan lain.
Pelan-pelan saya terbiasa, terbiasa dan menjadi sangat biasa ketika ingatan tentang kamu datang.

Tiap kali kamu berkabar lewat whatsapp ke saya, saya usahakan untuk membalas. Walau agak lama kau menunggu.
Yang saya balas adalah chat kamu yah, bukan perasaan kamu.

Lambat laun saya jadi terbiasa. Tak gugup saat tiba tiba kita berpapasan, atau baper lagi.

Saya pun mengerti dengan sifat perasaan saya ini.


 ×××××
Beberapa barang darimu masih saya simpan.
Saya belajar untuk tidak menjadi kekanakan dengan membakar barang-barang sang mantan atau memblokir dari segala pertemanan media sosial.

Saya mencuri idemu tentang berbagi cerita lewat buku.
Saya beli buku ini atas kesepakatan kita.
Kamu selalu saya tanya apa saya sudah menulis cerita saya atau belum?
Kamu bilang berkomunikasi lewat tulisan itu lebih indah, rencana kita yang gagal adalah berbagi cerita tentang pulau saya dan pulau kamu.
Malah di dalamnya saya menulis tentang perasaan perasaan saya.
Tanpa sempat mengirimkannya ke kamu.

Sampai di sini dulu tulisan tak indah ini.

Salam

Pemilik Rumah



















Rabu, 16 Oktober 2019

Membaca Sabtu Bersama Bapak


In         Buku Ke 1.    Ini bukan pembacaan yang kritis.🙂
Saya hanya ingin berbagi perasaan saya setelah membaca novel setebal 217 halaman.
Novel ini sangat menarik bagi saya, ini novel pertama Adhitya Mulya yang saya baca dan terhitung saya butuh waktu 4 jam untuk menyelesaikan novel ini. Saking menariknya novel ini,. saya sempat menstatuskan di WA beberapa bagian yang menarik itu. Ada beberapa yang saya hapus dari story WA, saya pikir itu terlalu menggurui. Tapi untuk isi keselurahannya yah saya sungguh suka.

Saya bersyukur membaca novel ini sebelum saya memutuskan akan berkomitmen dengan siapa dan akan mempercayakan seluruh perjalanan hidup saya sama siapa, selain sama Tuhan yah. Tuhan tetap nomor satu dalam hidup saya. Ada beberapa hal yang saya baca dan saya pikir itu sangat penting dijadikan referensi dalam hidup walau harus ditelaah lagi. Maksudnya tidak dicerna mentah-mentah.

Mulai dari pemilihan cover, covernya cukup menarik berwarna biru dengan jenis dan warna huruf yang sesuai dengan warna cover. Saya suka judulnya, menggugah dan bertanya-tanya “ada apa di hari Sabtu?”
Di hari Sabtu ada banyak pesan kehidupan, lewat video yang diputar saat akhir pekan. Kenapa hari Sabtu ya?Saya baca dan sangat baper dengan novel ini.
Saya temukan bahwa separuh diri saya ada di sana, dan beberapa pesan Bapak Gunawan juga saya maknai untuk hidup saya.

Bapak Gunawan Garnida yang berusia 38 tahun mengalami sakit kanker, ia tahu bahwa hidupnya tidak lama lagi. Ia memiliki 2 orang anak yang masih kecil, saat menyadari bahwa kanker akan memisahkan hidup ayah dan kedua anaknya. Istrinya, Ibu Itje mendampinginya dengan penuh kasih dan sayang. Bapak Gunawan sadar kalau anak-anaknya akan tumbuh tanpa dirinya, tanpa nasihat dan kasih sayang dari dia. Lalu ia membuat video yang menemani langkah anak-anaknya & menjawabi resah mereka sebelum mereka bertanya.

Cakra masih berumur 3 tahun dan Satya berusia 8 tahun saat pertama kali di hari Sabtu mereka menonton video itu.

“I don’t let death take these, away from us. I don’t give death, a chance” sepenggal pesan Bapak Gunawan

“Planning is everything” Bapak Gunawan memakai pengalamannya sendiri untuk anak-anaknya.

“Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat”

"Manusia ditempatkan di dunia untuk membuat dunia ini lebih baik untuk sebagian orang lain. Jika pun seseorang sudah berguna bagi 1-2 orang, orang itu sudah membuat dunia ini jadi tempat yang lebih baik" Hal. 30

"Jika ingin menilai seseorang, jangan nilai dia dari bagaimana dia berinteraksi dengan kita, karena itu bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana orang itu berinteraksi dengan orang-orang yang dia sayang" Hal. 36


Ingin nangis saat Pak Gunawan berjanji sama istrinya setelah mereka akad nikah, "Hari ini, saya janji sama kamu. Melindungi kamu. Sekarang dan nanti. Saat hidup dan mati" hal. 37


Tiap bagian dalam novel ini punya rasa masing - masing di hati saya. 


"Selalu ada pilihan untuk tidak berurusan dengan orang buruk" hal. 60. That's right. Saya pernah sangat tidak suka dengan sikap & perkataan seorang ke saya. Lalu saya pilih untuk menjauhi dia. Yeah..

Sekian dulu. 

Salam

Pemilik Rumah.

Selasa, 15 Oktober 2019

Perasaan ini pernah tergelincir.

(2019)

Baru saja mengakhiri bulan Maret, tiba-tiba saya tergelincir pada perasaan seseorang. Saya baru menyadari bahwa ia berjuang untuk akhirnya bisa menjadi kekasih saya. Kami jadian saat April sedang awal-awalnya, sebagai hadiah untuk hari kami yang bahagia itu Ia pun menulis tentang kisah kami dan dimuat di salah satu portal yang keren di negara ini. Ia menulis tentang kami beberapa kali, ada satu tulisan yang kami pikirkan bersama dan itu dimuat juga.

Saya rasakan hari-hari saya berjalan dengan baik, komunikasi lebih sering lewat chating WA dan video call jika sedang rindu-rindunya. Saya pun tulus sama relasi itu. Sampai pada suatu sore di bulan April, saya begitu merindukan dia. Bagaimana tidak saya katakan bahwa saya sedang tergelincir di relasi itu?

Singkatnya, saking saya merindukan dia saya ke satu tempat untuk berdoa. 
Saya ingat saat itu saya juga minta agar diberikan petunjuk apakah dia layak untuk perasaan saya yang tulus ini atau tidak. Daripada saya menaruh harapan yang semakin lebih kan ke dia?
Kembali ke perasaan melow saya ini, saya menghubungi dia lewat video call dan bilang saya baru selesai doa dan mengatakan betapa saya ingat pada saat itu. Kenapa kita memulai relasi ini saat kita berjauhan?
Hari-hari kita pakai untuk berbagi cerita dan impian.


Kamu pulang dan pertemuan kita di kota ini seringkali tak terduga.
Agustus tahun ini saya patah hati tapi tetap kalem, tetap baik-baik saja sama kamu dan orang-orang.
Yang patah kan hati saya, bukan inner beauty saya.
Kisah kita selesai. Relasi kita selesai dan daya tarik kita jalan terusssss.
Terima kasih, selamat menulis yang indah-indah di sini.


Salam


Pemilik Rumah

Rumah Cici

Satu impian saya adalah memiliki rumah sendiri, tempat segala lelah, gelisah dan takut saya sandarkan.
Tempat semua hal bisa saya atur berdasarkan kemauan sendiri, tempat saya mencintai diri sendiri tanpa takut merasa terkhianati.

Lalu saya membuat blog yang saya namai rumah, tempat saya selalu merasa pulang.
Saya ingin ini menjadi tempat saya berproses atau berjalan menuju impian saya itu, memiliki rumah sambil 
di sini saya merasa memiliki rumah. 

Oh ya, hari ini saya namai tempat ini Rumah Cici.
Cici adalah saya, saya adalah rumah dan kamu adalah tamu-tamu yang akan saya sambut dengan hangat.
Tamu saya adalah pemikiran-pemikiran saya yang sederhana dibarengi dengan impian dan langkah kaki. Aku, saya dan rumah akan bercerita di sini, tanpa tendensi apa-apa. Kamu tahu kan rumah?
Rumah punya ruangnya masing-masing, kadang saya suka duduk di ruang tamu sambil meminum teh melati, kadang saya suka duduk di ruang tengah sambil menonton acara musik, duduk di dapur sambil menanti makanan masak atau menghangatkan tubuh di perapian dan ada di kamar tidur untuk melamun.
Tapi Rumah ini lebih dari itu.
Selamat memasuki rumah ini Cici,


Salam


Pemilik Rumah

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...