Selasa, 07 April 2020

Tentang menukar nomor antrean


Kita menunggu sebuah giliran setelah mengambil nomor antrean..
Melirik sekeliling, menghitung jumlah orang dan melihat nomor kita ..
Jika saja kita datang lebih awal, kita akan mendapat nomor antrean yang lebih muda
sehingga tidak terlalu lama menunggu..
Jika semua datang lebih awal, siapakah yang berdiri di depan pintu ruangan sembari menunggu dibuka agar cepat
mengambil nomor termuda? Bisa saja kamu, saya dan semua memiliki kemungkinan untuk itu.

Kita mulai menghitung, satu per satu orang keluar dari ruangan
Kita sedikit legah, berpikir kalau petugas akan semakin dekat memanggil nomor kita
dan melewatkan yang tak ada di ruangan
Orang itu datang lagi, menanyai nomor antrian kita dan memberikan nomornya untuk kita
Nomornya lebih muda dan kita mendapatkan itu

Dengan sedikit canggung kita menerima
Kita tak lagi harus menunggu lama,
Di tangan masih ada dua nomor antrian
yang berarti nomor kita menjadi nomor yang lebih muda
bagi pengunjung yang baru datang
dan kita memberikan itu kepada pengunjung yang baru datang


Salam hangat,

Cici Ndiwa

Senin, 06 April 2020

Buku harian & hal tidak remeh

Kemarin saat membersihkan lemari buku, saya menemukan begitu banyak buku cantik dan unik yang adalah buku harian saya. Saya menyimpannya diantara buku-buku kuliah dan jurnal yang telah saya baca. Lemari dan segala isi
di dalamnya memang tidak menarik dan saya menyukai itu karena mengurangi ketertarikan orang rumah dan saya untuk melihat isinya. Tentu saja lemarinya tidak dikunci, beberapa kali kuncinya hilang dan daya mengingat saya untuk barang-barang sekecil itu (walau penting) kadang tidak terlalu bagus. 

Saya mengeluarkannya dengan perlahan dari antara barang yang menghimpitnya agar lembarannya tidak robek. Saya menaruhnya di atas lantai sambil membersihkan debu yang ada, menaruhnya sesuai urutan tahun. Walau
ada sobek dan banyak coretan di sampul luar, buku harian tertua datang dari tahun 2008. Berurutan sampai yang paling muda lahir pada tahun 2018. Itu yang murni isinya catatan harian, kalau untuk buku yang tetap saya namai catatan harian namun berisikan begitu banyak rangkuman dan catatan tentang pekerjaan itu ada pada tahun 2019. Untuk 2020, saya punya beberapa buku yang catatannya tidak terlalu privasi, tahun ini lebih banyak menulis salinan doa & renungan bacaan.

Membaca kembali buku-buku harian itu, membuat saya kembali mengenang perjalanan di tahun-tahun lalu. Sambil mengapresiasi diri dengan kalimat yang menenangkan dan memotivasi, terkadang diiringi beberapa tanya tentang beberapa hal yang kali ini tidak saya ingat, tapi dulu saya pernah menjalaninya.

Buku-buku harian saya kurang bersih dari membicarakan nama orang dan saya inisialkan itu. Beberapa inisial saya ingat, beberapa lainnya tidak saya ingat. Kini, saya jadi lebih mantap memilih lembaran yang akan saya robek dan bakar.

Saya menulis segala impian besar saya, tentu saja dengan plan b & c yang turut mengikuti. Sejauh ini, saya merasa sedang melangkah menuju hal itu.

Sungguh begitu optimis kan? Iya, sungguh.

Kalau impian besar saya telah terwujud, bagaimana saya akan jalani hidup? Impian itu dengan sendirinya akan menghadirkan impian lainnya dan saya tetap optimis untuk hal itu.

Karena menulis impian di lembaran awal buku harian, itu membuat saya harus menulisnya dengan sangat baik. Saya yang dulu, sungguh memikirkan itu dengan matang lalu menuliskannya. Walau saya menuliskan dengan baik, seakan tiap jengkal langkah saya telah saya rencanakan; saya tetap menyukai segala hal-hal tidak terduga yang terjadi di hari-hari dalam hidup.

Saya sempat berpikir kalau satu hal yang saya impikan akan susah saya wujudkan, karena saya
merasa ada di jalur yang berlainan namun suatu yang bernama “benang merah” mampu membuat saya kembali perlahan di jalan menuju impian itu. Saya pemimpi? Saya bahkan tidak pernah memikirkan bagai mana orang memikirkan hal itu.

Impian tidak hanya tertulis di buku harian, ia ada di langkah dan segala pemikiran. Saya mengibaratkan hidup ini adalah sebuah project besar, yang saya buat adalah merancangkan itu dalam sebentuk proposal. Saya berikan itu
pada Pencipta, dimasa-masa ia sedang membaca dan menyiapkan dana untuk hal yang saya tulis dalam proposal itu, saya tetap menjalani sebagaimana saya ingin jalani hari-hari saya.

Saya percaya, yang saya jalani telah ada dalam
rancangannya, Pencipta sedang mencocokan itu untuk saya. Selagi menunggu itu, IA tetap memberikan banyak berkat untuk saya.

Salam hangat,

Cici
 


Sabtu, 04 April 2020

Sepasang Sepatu Orange


“Seseorang berjalan meninggalkan jejak sepatu, diikuti oleh seorang yang mengikuti jejak itu”

Sepasang Sepatu
Ada sepasang sepatu yang diajak bicara oleh pemiliknya. Sepatu itu berwarna orange dan bertali. Orange adalah warna yang disukai oleh pemiliknya saat masih kecil. Dari dua belas warna yang ada di kotak pensil warna, ia selalu mengambil warna orange untuk mewarnai atap rumah, matahari dan lautan. Bukannya ia tidak tahu warna yang sebenarnya pada atap rumah dan lautan, tapi warna itulah yang paling menarik baginya maka ia memilih warna itu tanpa
berpikir apa yang dikatakan oleh guru dan orang tuanya saat melihat gambar tersebut. Indah sekali, kan? Memilih sesuatu karena keinginan sendiri bukan demi prasangka baik orang. Kembali ke warna orange yang ia sukai, ia mewarnai matahari dengan warna orange setelah menggambarnya dengan bulat dan diberi senyum. Entah saat itu
idenya datang darimana, tapi ia menikmati itu sebagai yang indah. Jika dibayangkan, matahari orange sangatlah terik untuk ukuran hangat yang harus manusia dapatkan. Bahkan tumbuhan bisa layu jika sehari saja matahari sangat terik,
yah matahari orange.

Saat mewarnai matahari dengan begitu orange, ia nikmati perasaan senang tanpa memikirkan
keadaan apa yang akan ditimbulkan jika gambarnya sungguh-sungguh dipakai Sang Pencipta untuk menghiasi alam semesta.

Ia juga menyukai laut, ia menggambar laut dan memberinya warna orange. Tentu saja ia pernah melihat laut, dan ia mewarni laut digambarnya dengan warna yang ia sukai. Betapa menyenangkan menjadi apa saja yang kita
inginkan, begitulah versi dewasanya memikirkan itu.

Karena sering menggunakan pensil berwarna orange, maka pensil itu ia raut terus menerus sampai ia tak lagi bisa memakainya untuk mewarnai. Ia tak sedih, karena ia tahu akan ada yang memberikannya lagi tanpa banyak usaha.
Si pemilik sepatu mengenang itu dengan baik. Ia bisa mendapatkan pensil warna tanpa harus bekerja mencari uang sendiri untuk membeli itu, ia cukup merengek manja maka kebutuhannya akan diprioritaskan. Tidak begitu dengan sepatu yang saat ini ia kenakan, jika ia menginginkan sepatu maka ia harus menyisihkan uang hasil kerja untuk
membelinya.

Begitulah sampai sepatu itu ia kenakan di kakinya. Ia ingat saat mengetest sepatu itu di tempat jualan dan menawar harganya hingga pas dengan dana yang ia punya untuk membeli sepatu itu. Saat masih kecil, ia tinggal menyorong kaki kanannya untuk mengetest sepatu dan ibunya akan membayarkan itu untuknya. Yang ia tahu, ia
memakai sepatu itu tanpa bersusah menawar harganya.

Si pemilik melihat sepatunya dan bertanya “apa kamu baik-baik saja?” sepasang sepatu itu tidak menjawabnya. Namun pemiliknya membayangkan jika sepatu itu bisa berbicara kepadanya “Setelah kamu mengenakanku berhari-hari, aku tetap baik-baik saja” sang pemilik mengelus sepatunya dengan lembut sambil membersihkan pasir yang
menempel di sepatunya.

Ia tahu, sepatu orange menyimpan begitu banyak cerita. Sepatu orangenya tahu segala harapan dan
impiannya. Sepatu orange mendekap kakinya dengan hangat seakan setuju dengan apa yang ada di benak pemiliknya “menjadi perempuan harus jauh lebih kuat untuk mewujudkan impian”, maka pemiliknya tahu bahwa untuk impian ia
harus tetap teguh dan kuat dalam memperjuangkan.

Entah pada tahun berapa pun itu, ia berjanji pada sepatu orange untuk turut membawanya kemana saja. Satu impiannya yang tak akan pernah padam yakni menempuh pendidikan di satu negara impian. Ia berjanji, jika sampai tahun itu datang dan hari itu tiba ia akan mengenakan sepatu orange di negara itu dan ke kampus yang ia impikan.


Salam hangat,

Cici

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...