Senin, 11 November 2019

Disapa Ligota (2)

: Pertentangan Kita


Kau tanya “apa aku tahu neraka?”
hanya karena panas terik, tanah tandus, pohon yang meranggas
dan jalanan yang berbatu.
Aku tak jawab apa-apa,
kau hanya menghindari bebatuan besar
dan mencari cela yang pas untuk ban motor
yang membawa kita.

Aku melihat ke sekeliling,
anak-anak yang pulang sekolah dengan berjalan kaki
dan menutup kepala dengan buku tulis.
Orang muda yang duduk di bale-bale di bawah pohon Mangga yang masih muda,
mama-mama sedang duduk menunggu anak dan suami untuk makan siang
dan kita adalah orang asing yang mencari celah dan surga untuk bisa diunggah. 

Ku arahkan kamera ponsel ke arah pohon yang meranggas, 
kamu bilang itu indah untuk diunggah ditambah caption ala-ala
Ku arahkan kamera ponsel ke arah lautan yang masih jauh
yang kini masih kita tempuh, kamu bilang itu biasa
Ku arahkan lagi ponselku ke arah anak-anak yang berjalan kaki
dengan seragam pramuka, kamu mengendarai motor dengan sangat pelan.


Pohon yang meranggas memang indah jika diunggah, 
ditambah dengan caption ala-ala, 
begitu juga laut yang dipotret dari kejauhan. 
Yang indah memang mengundang selera dalam bentuk like di media sosial 
dan jumlah dilihat di story WA.
Semoga hujan segera turun dan menumbuhkan pucuk-pucuk pohon
dan rerumputan hijau.

Kelak kita harus lebih berhati-hati, mungkin celah yang siang ini kita lewati
harus kita hindari saat perjalanan di waktu yang lain.
Aku terhenti saat mengarahkan kamera ke anak-anak, 
tak ada potret yang berhasil aku ambil. 
Mereka lebih jauh membidik nurani saya.
Karena Ligota selalu menyapa saya sepanjang perjalanan......................


Ruteng, 11 November 2019. 

Saya,

Cici

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...