Selasa, 29 September 2020

Kenangan & Sedikit Cerita Part 1 2020

 Kafe jadi tempat saya & ka Elen bercerita tentang apa saja, dengar musik dan mamiri (makan minum ringan). Kami mulai sama-sama ke Kafe saat bulan Agustus 2020, di akhir bulan. Lalu secara rutin tiap minggu atau dua minggu sekali ke kafe untuk cerita. 







Walau sering berdua ke kafe, saya juga sering datang sendiri ke tempat ini. Minum teh, makan kentang goreng & memikirkan sesuatu yang memang saya prioritaskan untuk saya pikirkan di tempat ini. 

Di Liang Bua. Ini yang kesekian kalinya saya ke sini & masih ingin kembali lagi entah sendiri, dengan pacar atau pun dengan teman-teman. Saya merasa kurang referensi bacaan tentang situs ini. Semoga dalam perjalanan ke depan, saya menemukan bahan bacaan tentang Liang Bua.






Senin, 21 September 2020

Pluviophile; Penyuka Hujan (bagian 1)

 Sedikitnya, saya ini "pluviophile"

Zaman saya kecil, sepupu dan saya sangat menyukai hujan. Semua keseluruhan hujan yang muncul pagi, siang, sore atau malam dan juga jika hujan itu muncul sepanjang hari. Ada kenyamanan sekaligus kebebasan yang turut muncul bersamaan dengan deraian hujan. 

Saat hujan muncul di pagi hari di masa kecil, itu akan menjadi alasan agar bisa terlambat ke sekolah. Tidak perlu terburu-buru ke sekolah karena jika sampai di sekolah tak akan dimarahi oleh guru. Itu berlangsung sampai masa SMA, hujan membuat saya bisa lebih santai di pagi hari. Saya yang santai namun seisi rumah yang huru-hara karena saya belum bergegas ke sekolah.Hujan membuat aturan sekolah dilonggarkan. Walau banyak juga aturan saat sekolah yang sempat saya langgar entah itu musim hujan atau tidak. Seperti kewajiban memakai sepatu warna hitam ke sekolah saat SMA. Kami dapat mengenakan sepatu warna lain bahkan sendal jepit saat hujan. Berjalan di genangan air hujan masih menjadi favorit saya. 

Walau kami tahu kapan musim hujan akan muncul, kami kurang mempersiapkan untuk itu. Saat hujan muncul, barulah kami dengan segera membeli payung dan mengecek mantel hujan. Saya ingat saat masih kecil, usia Sekolah Dasar. Kami saling berbagi payung, sepayung tiga orang. Tentunya kami akan saling berebutan payung itu akan dipegang oleh siapa saat tiba di sekolah, keputusan untuk itu selalu kami dengar dari mama. Alasannya sangat masuk diakal kami,yang saat itu masih kecil entah ada di kelas siapa pun yang penting itu karena keputusan mama bukan kami. 

Jika hujan di jam kami pulang sekolah, maka mama akan menjemput. Membawa satu payung yang akan dipakai bersama dengan beliau dan uang jajan yang membuat kami tidak kelaparan siang itu karena bisa membeli jajan di kantin sekolah atau kios-kios sepanjang perjalanan pulang ke rumah. 

Saya suka aktivitas menunggu Mama atau keluarga lainnya saat pulang sekolah, saya suka menerka-nerka akan dijemput oleh siapa. Saya akan menunggu di depan kelas sambil menolak ajakan teman untuk pulang bersama mereka. Mama selalu jemput di waktu yang tempat. Sepanjang perjalanan kami akan bercerita tentang masakan yang ada di rumah, adik saya yang rewel, tamu yang datang ke rumah dan menanyakan tentang teman-teman saya. Seringkali saat seperti itu saya pakai untuk minta dibelikan jajan, tas, boneka, buku dan jam tangan juga minta uang jajan yang lebih untuk esok harinya. Karena saya tahu jika Mama memulai cerita, maka beliau tidak mudah marah jika saya mulai minta ini dan itu. Sempat saya minta untuk tidak dijemput saat awal kelas 6 SD, karena saya melihat tak ada satu pun teman saya yang dijemput oleh mamanya bahkan semenjak kami kelas 2 SD. Saya berpikir untuk mengikuti teman-teman saya, mempunyai kemerdekaannya sendiri dan memilih untuk mandiri dengan satu cara yakni tidak dijemput. 

Bagi Mama, saya harus tetap dijemput tiap pulang sekolah apalagi jika hujan. Satu hal yang menjadi ketakutan beliau adalah Ia takut saya diculik oleh orang. Pernah Ia tidak menjemput saya dan saya terlambat pulang ke rumah karena main di rumah teman. Ternyata ia mencari saya di sekolah, menanyakan saya ke orang-orang di sekitar sekolah, ke orang tua dari teman saya dan terakhir ia menemukan saya sedang main masak di halaman belakang rumah seorang teman akrab saya. Saya merasa saat itulah ia mulai memberikan kelonggaran tanpa langsung berkata 'IA" atau langsung "menyetujui" saat saya minta. 

Sejak hari itu ia memberi kelonggaran baru bagi saya. Kelonggaran dengan sebuah catatan yakni "harus jujur" saya bermain dengan siapa dan dimana. Intinya, kejujuran. Sampai saat ini, soal kejujuran dengan Mama saya memilah itu; yang bisa diberitahu ke Mama dan yang menjadi privasi untuk Cici. 

Oh ya, saya lupa menerka berapa jumlah teman lelaki saya yang pernah diancam oleh Mama karena mengganggu saya. 


Kembali tentang hujan. Saya menyukai hujan yang datang tanpa petir. 


Salam


Cici Ndiwa

Sabtu, 19 September 2020

Sedikitnya Tentang Mengenali Emosi


Memesan secangkir susu cokelat hangat yang diminum perlahan hampir sejam sambil mengurai pemikiran dan perasaan yang menumpuk di kepala dan hati. 

Mungkin punya banyak pemikiran akan lebih baik jika diri ini mampu mengurai. Begitu juga dengan perasaaan, merasai ini dan itu lebih baik dari pada mati rasa. 

Terkadang dengan segala kesoktahuan saya yang sempat berpikir bahwa dewasa itu datangnya dari usia, saya berpikir bisa mengendalikan perasaan. Ternyata belum sama sekali. Usia bukanlah patokan, dengan mudah tersulutnya emosi saya adalah contohnya. 

Lebih gampang bicara tentang mengendalikan perasaan dari pada mengatur diri saat perasaaan-perasaaan itu muncul. Baik jika perasaaan indah yang muncul, bagaimana jika saat itu kita sedang bad mood dan kita berada disekeliling orang-orang. 

Saya ingin mengurai tentang bad mood saya. Mungkin dengan menuliskannya akan lebih membuat saya menyadari itu. Mood saya berubah-ubah dalam waktu singkat. Bisa buruk, tenang dan baik. Kadang begitu menyukai satu hal dengan sangat lalu dalam waktu sepersekian jam akan tidak menyukai. Satu ketakutan saya, hal ini (bad mood) akan membawa saya ke dalam perasaaan yang lebih tinggi dengan tingkat melukai perasaan orang yang teramat parah (saya menkhayali ini, semoga bisa teratasi)

Beberapa teman yang saya kenal, mood mereka sering berubah-ubah karena sedang PMS. Maka berbeda dengan yang saya alami, pms tidak begiitu mempengaruhi. 

Saya menyadari latar belakang perubahan mood saya, karena saya hidup dengan mood seperti itu bertahun-tahun. Saya mengenalinya, mood saya tba-tiba berubah jika terlintas atau teringat hal buruk yang terjadi di masa lalu dalam hidup saya. 

Hal-hal yang terjadi di masa kecil saya lebih banyak mempengaruhi dan setelah itu diikuti dengan pengalaman kurang menyenangkan di masa umur 20 an yang lebih banyak dipengaruhi oleh relasi saya. 

Ketika menyadari bahwa pengalaman di masa kecil itulah menjadi penyumbang terbesar bagi mood saya yang berubah dan emosi saya yang kuirang kendali, maka saya memutuskan untuk belajar tenang dengan mengolah perasaan yang timbul saat ingatan itu muncul. 

Saya ingat, satu per satu kenangan buruk muncul dalam hidup saya. Saya seperti dibawa kembali ke masa itu, menyadari kalau dulu saya lemah dan mudah dipengaruhi. Menyadari kalau dulu saya tidak berusaha untuk membuang halk itu dari ingatan saya. Saya simpan itu bertahun-tahun, lalu hal buruk itu muncul dan mempengaruhi berbagai perasaaan. 

Saya sering terbangun dengan kaget saat malam, lalu tidak tidur kembali. Sering juga saat hendak terlelap hal itu muncul, saya langsung terjaga buka mata cepat-cepat dan rasa kantuk saya hilang. Saya merasa kenangan buruk itu seperti monster. Beberapa kali saya enggan tidur malam karena takut bermimpi ketemu monster. Hal seperti ini memang menyusahkan saya. Lebih sulit bagi saya jika hal seperti itu menyusahkan orang lain. 

Menyadari perubahan mood saya lebih sering dipengaruhi hal buruk, maka saya sangat berhati-hati saat berelasi dengan sesama keluarga maupun teman-teman. Yang ada dalam pikiran saya saat berelasi hanyalah meminimilisir mereka tersakiti oleh perubahan mood saya. 

Semua manusia mempunyai emosinya masing-masing, semoga dengan mengetahui hal itu saya dan kamu lebih bisa untuk tidak egois. Lebih berusaha untuk mengenali perasaan itu dan mengendalikannya agar tidak melukai perasaan dan fisik orang. 

Salam 

Cici Ndiwa


Note: Malam Minggu di torush kafe

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...