Kamis, 17 Oktober 2019

Bukan Buku Harian


Saat itu kita sangat jauh dengan zona waktu yang berbeda & pekerjaan yang beda. Sering kita pakai waktu untuk cerita lewat telepon, chat sampai video call. Membagi banyak sekali cerita; kita saling mendengarkan tanpa memotong pembicaraan.
Semua hal kita bagikan, saling mengenal aktivitas satu dengan yang lain.

Sebenarnya saya ingin menulis apa di sini?
Biar apa saya menulis tentang kami, tentang dia di sini?

Ternyata hati saya sudah sembuh, saudara-saudara.
Menyadari kalau tidak ada yang salah, semua hal baik-baik saja. Yah memang semestinya begitu. Suasana & situasi yang mengkondisikan saya harus terlihat baik-baik saja.
Menjawab dengan baik semua curiga teman teman tentang kami.

Saya pernah berpikir kalau dikondisikan seperti ini, kami mungkin akan kembali memulai.
Memang perasaan jika sudah dua kali terluka, akan sangat sulit disembuhkan.
Saya alami itu, lantas bahasa tubuh dan semua hal yang berkaitan dengan kamu sungguh saya batasi.
Saya menghindari semua tentang kamu.

Begini...
Perasaan saya terlalu lembut untuk pilihan kata dan nadamu yang kasar.

Ternyata..
Dengan menghindari kamu dan usaha-usaha untuk melupakan kamu, saya tidak betul betul melupakan kamu.
Saya masih punya opsi lain, lantas saya lakukan.
Saya tidak lagi menghindari kamu & tidak lagi berusaha melupakan kamu.

Percuma melupakan orang yang memiliki ijazah sarjana pendidikan sama dengan kita, karena akan ketemu saat pergi melamar kerja dan bisa jadi bisa satu team dan bekerja sama kan?

Tiap kali ingatan tentang kamu datang, saya menerima dengan baik. Tidak seperti sebelumnya yang saya tolak mentah mentah.
Saya biarkan pikiran ini mengingat tentang kamu, mengingat kenangan tanpa coba membuat kenangan lain.
Pelan-pelan saya terbiasa, terbiasa dan menjadi sangat biasa ketika ingatan tentang kamu datang.

Tiap kali kamu berkabar lewat whatsapp ke saya, saya usahakan untuk membalas. Walau agak lama kau menunggu.
Yang saya balas adalah chat kamu yah, bukan perasaan kamu.

Lambat laun saya jadi terbiasa. Tak gugup saat tiba tiba kita berpapasan, atau baper lagi.

Saya pun mengerti dengan sifat perasaan saya ini.


 ×××××
Beberapa barang darimu masih saya simpan.
Saya belajar untuk tidak menjadi kekanakan dengan membakar barang-barang sang mantan atau memblokir dari segala pertemanan media sosial.

Saya mencuri idemu tentang berbagi cerita lewat buku.
Saya beli buku ini atas kesepakatan kita.
Kamu selalu saya tanya apa saya sudah menulis cerita saya atau belum?
Kamu bilang berkomunikasi lewat tulisan itu lebih indah, rencana kita yang gagal adalah berbagi cerita tentang pulau saya dan pulau kamu.
Malah di dalamnya saya menulis tentang perasaan perasaan saya.
Tanpa sempat mengirimkannya ke kamu.

Sampai di sini dulu tulisan tak indah ini.

Salam

Pemilik Rumah



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...