Saya merasa tidak adil jika tidak mengapresiasi perjalanan hidup saya selama tahun
2019 yang sangat kaya rasa ini. Maka, sebelum tahun ini terlewati, baiknya saya
mengingat-ingat kembali sambil menguraikannya dalam tulisan.
Januari – Juni 2019, Tentang Pekerjaan
Menjadi PPK
Saya & beberapa teman mendapat SK baru untuk kerja selama beberapa bulan demi
mengurusui peemilihan umum di kecamatan saya. Kami diambil sumpahnya pada tanggal
2 Januari 2019 di aula kantor. Saat penerimaan SK secara langsung dari Bapak Ketua,
saya ingat beliau bilang sesuatu ke saya dan saya langsung mengaminkan itu dengan
segera dan itu berkaitan denganm pekerjaan saya nanti.
Lalu saat beliau beri sambutan, beliau bilang ke kami “Ingat, yang kita pegang adalah
amanah keluarga dan itu harus kita jaga”
Kalimat itu selalu terngiang di telinga saya, bahwa yang harus saya jaga saat saya keluar
dari rumah untuk pamit kerja atau kemana adalah amanah keluarga saya, adalah nama
baik keluarga saya.
Saya sangat senang bisa bekerja untuk mengurus itu, mengetahui segala proses dan
bekerja dalam proses itu. Otak dan kesehatan yang stabil sangat diperlukan. Jadi saya
bersyukur saat melaksanakan pekerjaan itu tetap diberi kesehatan yang baik.
Dipekerjaan itu juga emosi saya terkuras, saya pulang dengan cemas dan itu beberapa
kali terbawa dalam alam bawah sadar saya. Saya serin bermimpi mengurusi data-data di
depan komputer, memberi penjelasan tentang sesuatu ke orang dan pernah beberapa kali
menemukan solusi tentang penyelesaian beberapa kerumitan di komputer melalui mimpi.
Mungkin ini yang dinamakan the power of dream.
Saya bahagia dikelilingi oleh banyak teman-teman yang juga mengurus pemilihan di
kecamatan ini, mereka dengan latar belakang tahun kelahiran yang berbeda tapi dengan
semangat kerja yang sangat dahsyat. Dari merekalah saya belajar.
Terima kasih untuk Ka Lani, Ka Arni, Pa Jon & Pa Ignas teman-teman PPK Langke
Rembong dari tahun 2017-2019. Juga untuk semua teman-teman PPS dari 20 kelurahan
di kecamatan ini.
Belajar Menjadi Penyiar Radio.
Ini berlangsung hanya di bulan Januari – Februari saja.
Saya sangat suka belajar, sampai pada suatu malam di awal Januari 2019 saya
memiliki keinginan yang kuat untuk belajar menjadi penyiar radio.
Saya menemukan bahwa suara saya datar sekali teman-teman, dan orang-orang
disekeliling saya tetap mendukung. Apalagi teman-teman di studio RM. Namun, saya
memutuskan untuk kembali menjadi pendengar yang sangat setia.
Terima kasih sudah memberi kesempatan, saya percaya RM akan selalu berjaya.
Merayakan Valentine dengan Makan Kolak
14 Februari 2019. Jadi ingat momen cabut ubi kayu di kebun Mama Mia di Satar Tacik,
terus
masak di studio dan duduk merayakan valentine beramai-ramai.
Setelah sangat lama, si kaka akhirnya minta maaf ke saya untuk sesuatu yang memang
dia buat.
April 2019. Relasi dengan Seseorang.
Saya harus membuka pesan singkat dan Whatsapp kami untuk memastikan tanggal kami
jadian. Sampai sekarang segala chat kami, rekaman suara dan screenshot wajah saat
video call masih saya simpan. Trus kapan saya move on?
Yah, saya sudah move on sejak relasi kami selesai, apa salahnya menyimpan hal-hal
yang indah?
Bukan hanya kenangan yang dengan dia saja yang masioh ada, kenangan teman eman
terdekat juga masih saya simpan dipikiran dan di kardus kenangan. Saya punya kardus
kenangan tempat menyimpan barang-barang milik mantan-mantan saya. Saya sengaja,
karena ini memang hidup saya. Saya memutuskan untuk menghilangkannya dari hidup
saya saat H_3 pernikahan saya.
Lalu kembali ke dia, setelah sekian lama saya mengambil jeda dari hubungan yang
memakan waktu beberapa tahun dengan seorang, saya pun memulai relasi yang baru
dengan si dia.
Saat itu kami beda pulau, operator jaringan lha yang membuat kami dekat lalu saling
nyaman.
Hari itu tanggal 1 April, percakapan yang dimulai dengan bertanya kabar adalah hal yang
jarang saya buat. Itu chat pertama saya yang tidak “garing” ke orang. Kami saling
telepon, lalu ini...itu...dan kami jadian. Kami menaruh minat pada hal yang sama,
beberapa program dalam hidup kami ada yang sama dan juga ada yang bersinggungan.
Mungkin begitulah kisah dua anak manusia bertemu.
Sampai pada suatu malam di Gua Maria, saya menangis karena saya rindu dia dan dia
tidak ada di Ruteng. Nangisnya tidak direncanakan, habis doa lalu sedih dan air mata
berderai begitu saja. “Ko kita harus jadian saat jauh begini?” Saya omong sambil lihat
mata dia yang sekarang mulai saya lupa. Saya yang sekarang tidak kecewa karena saya
yang dulu pernah begitu, itu bukan karena lemah. Itu karena kita punya air mata.
Saya ingat cara dia menenangkan saya di video call, dia jadi seperti kaka. Tiap malam
selalu telepon untuk temani saya pulang kerja, untuk cek saya sudah makan apa belum,
untuk memastikan saya tidur sebelum pukul 12 malam dan untuk memastikan saya baik-
baik saja di Flores. Yah, mungkin inilah namanya kemilau kami berganti bentuk.
Apa lagi hal baik yang ingin saya kenang tentang dia?
Dia menulis tentang saya di hari kami jadian, kapan saja saya bisa membuka tulisan itu.
Tapi saya tidak memilih melakukan itu lagi, saya menghindari segala tulisan yang dia
buat.
Relasi kami selesai dengan cara paling romantis.
Saya lihat kerutan di sekeliling mata dia saat kami berdoa bersama menghadap hamparan
sawah.
Saya lihat saat dia memejam mata dan khusyuk berdoa.
(saya menahan sedih saat mengetik ini)
Terima kasih untuk kamu,
untuk telinga yang saya bagi keresahan
untuk takut saya yang kau tenangi
untuk penerimaan
untuk segalanya
Memang, kemilau selalu berganti wujud.
Bersambung ..................................