Sabtu, 22 Februari 2020

Ghosting

Saya baru tahu tentang ghosting dari sebuah artikel di magdalena.co.id, setelah saya membacanya barulah saya menyadari bahwa saya sedang mengalami fenomena seperti itu. Fenomena seperti itu saya alami dalam sebuah relasi. Awalnya saat melihat kata ghosting, saya berpikir bahwa ghosting itu seperti menakut-nakuti seseorang dengan hal-hal mistis. Ternyata bukan seperti itu, saya pun mempertanyakan ke diri sendiri kenapa hal seperti itu dinamakan ghosting? Sisi sok tahu saya pun muncul, dinamakan ghosting mungkn terinspirasi dari setan/hantu yang suka hilang lalu
muncul kembali.

Nah, dari pada terus terkungkung dengan ke-sok-tahuan saya itu, maka saya pun menelusuri kata ghosting di mesin pencarian terkenal kita yang bernama google.

Menurut wikipedia, Ghosting is a colloquial term used to describe the practice of ceasing all comunication an contact with a partner, friend, or similar individual without any apparent warning or justificaton and subsequently ignoring
any attempts to reach out or communicatemade by said partner, friend, or individual. Yah seperti itulah, definisi dari ghosting, sesuai dengan apa yang saya alami.

Dari definisi ghosting menurut wikipedia itu, maka dapat kita lihat bahwa ghosting itu ada pelakunya dan ada korbannya. Bedasarkan definisi itu, ghosting mungkin dapat dikategorikan sebagai kejahatan emosional, menurut saya.
Bayangkan, komunikasi yang masih terjalin dengan indah, penuh harapan dan cerita-cerita membangun mimpi harus hilang atau dihentikan oleh sepihak, lalu pihak itu memblokir semua akses media komunikasi dan media sosial. Pihak itu pergi tanpa penjelasan, dan si korban pun bertanya tanya apa penyebab atau masalah sehingga dia (ghoster pergi). Dalam relasi pacaran, ghosting merupakan cara paling menyakitkan untuk mengakhiri relasi.

Begitulah yang saya alami tahun lalu, lalu terjadi lagi dalam minggu ini oleh orang yang sama. Pasti
bertanya,”kenapa dengan laki-laki yang sama?” Yah, berdasarkan zodiak capricorn, yang adalah zodiak yang menaungi hari-hari hidup saya dituliskan kalau orang yang dinaungi oleh zodiak itu adalah seorang yang sangat tulus dalam relasi,
baginya semua manusia itu baik dan ia tidak memikirkan hal negatif. Ia suka mengambil nilai baik dari segala hal yang terjadi, misalnya dalam relasi. Dan, saya pun begitu, sangat tulus dalam tiap relasi. Mungkin karena dipengaruhi juga
oleh segala kesibukan kerja dan project pribadi saya, sehingga saya merasa tidak punya cukup waktu untuk selingkuh atau tidak setia dalam relasi. Baik itu hanya melalui perantara media sosial ataupun bertemu langsung, sejauh ini masih
tetap pertahankan ketulusan dalam relasi. Jadi, saat si dia datang dalam hidup dan merasa “klik” maka saya pun menjalani dengan tulus.

Setahun lalu kami berkirim pesan singkat hampir tiap menit, telepon dan berbagi cerita hampir tiap hari. Beberapa rancangan tentang masa depan kami buat bersama, kami pun mencari benang merah untuk perbedaan perspektif kami tentang hidup. Dengan mudah kami menemukan jalan tengah. Mungkin dikarenakan kami yang memiliki
hobi yang sama. (Betapa seriusnya capricorn dalam relasi) Si Enu diguyuri banyak perhatian, relasi itu pun dijadikan bahan tulisan oleh si nana dan dimuat dalam media online. Betapa romantisnya punya pacar penulis, begitulah yang terlintas dalam benak si enu. Bukan hanya sekali, namun berkali-kali si nana menulis tentang si enu dan relasi mereka.

Lalu, apa yang terjadi saudara-saudara, dengan dapat sesuai dengan pembahasan kita pada hari ini...yah  si nana pergi begitu saja. Chat hanya centang dua tanpa warna biru, tak dibalas berhari-hari, telepon tak diangkat kadang dinomorsibukkan lalu si enu menyadari kalau si nana telah memblokir semua media komunikasi mereka.

Apa yang si enu rasakan? Yah, galau. Perasaan yang sangat manusiawi. Ditinggal tanpa penjelesan, membuat seseorang merasa harga dirinya terganggu. Merasa ada yang hilang, tentu saja. Pada hari ketiga, ia pun berhenti mencari tahu. Ia disibukkan dengan banyak pekerjaan saat itu. Namun, ia tidak membenci orang itu. Di kepalanya lebih banyak mengenang hal yang indah dan positif dari pada sibuk menduga kemana dan kenapa si dia pergi. Itulah yang terjadi tahun lalu. Selang berapa lama, si nana kembali memberi kabar kalau satu tulisannya tentang pendidikan telah memenangi perlombaan. Dengan sebuah pesan yang singkat melalui sms dia bilang “kita jalani sendiri-sendiri saja, saya punya kehidupan yang lain di sini”

Lalu apa yang selanjutnya si enu rasakan? Mungkin karena dalam rentang waktu menghilang tanpa alasan itu, si enu telah menduga demi mengantisipasi apa yang akan terjadi. Dengan praduga itu, ia berusaha untuk menyembuhkan perasaanya sendiri. Dugaannya benar, saat ia membaca chat itu ia merasa biasa saja. Ia tidak terlalu menyesali, pokoknya biasa saja.
Namun ia berpikir, kenapa tidak mau putus secara romantis saja? Maka, pada 3 bulan setelah hari itu, si nana tidak mengelak lagi untuk bertemu dengan si enu tiap hari karena mereka telah menjadi team kerja. Apakah si enu membalas dendam? Jawabannya, tidak. Tidak sama sekali. Malah dengan perasaan yang biasa, komunikasi mereka tentang ingin putus dengan cara yang romantis disambut baik lalu diwujudkan.Kalau saat jadian masih canggung karena belum saling mengenal, maka kalau putus/breakpup bisa dengan cara yang
romantis karena sudah saling kenal.

Mereka mengakhiri hubungan dengan cara yang dipikir romantis, di salah satu tempat yang mereka suka dan itu adalah hari ulang tahun si nana. Merayaklan ulang tahun dengan putus secara resmi. Tanpa kue ulang tahun, langsung lilin saja yang ditancapkan di tanah ditambah surat dan doa bersama dalam hati.

Lanjut lagi tentang ghosting, akhirnya saya menyadari bahwa begitulah ghosting. Ghosting sudah dikenal sejak lama selama manusia berinteraksi.  Dalam Minggu ini, 2020. Saya pun mengalaminya lagi dengan orang yang sama.
Saya tidak kapok, saya lebih suka mengambil pelajaran baik dari semuanya. Saya berpikir, itu juga bisa menjadi cara untuk mempelajari dia. Mungkin dia atau orang yang memang hobi menghosting/ghoster rekannya adalah tipe yang suka menghindari masalah dan merasa bahwa mereka benar untuk semua hal atau merasa lebih tampan atau cantik sehingga butuh ditunggu atau dikejar. Cerewet sekali kan saya? Beda saat bertemu langsung dan saat membaca tulisan ini.
hehehehh. Ini murni pemikiran saya.

Untuk mengakhiri ini, saya kembali mencari tentang ghosting di google. Saya menemukan pembahasan singkat tentang alasan seseorang melakukan ghosting. Mungkin alasannya serupa dengan alasan nana ghosterku. Di situ dituliskan kalau alasan si ghoster adalah: untuk menghindari konfrontasi karena takut jika mengatakan kebenaran malah akan melukai perasaan dia. Yah, santai saja lha...Dan bagi ghoster (orang yang melakukan ghosting), ini adalah bentuk penghindaran ketidaknyamanan emosional diri sendiri. (Saat membaca yang dituliskan oleh kompasiana.com, saya merindukan orang yang kisahnya saya tuliskan di sini, kisah kami) Yah, perasaan seperti awan. Rapuh.

Jadi, jangan biarkan kepergiannya itu merampok masa depannmu yang lebih baik, pesan saya ke diri sendiri. Tetap jadi orang yang lebih baik dan pertahankan martabat. Biarkan dia pergi dengan damai.

Ruteng, 22 Februari 2020.

Salam hangat,

Cici Ndiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...