Kamis, 06 Februari 2020

Satu jam dalam hidup

Jika seorang manusia hanya mempunyai sisa satu jam saja dalam hidupnya, apa
yang akan ia buat? Semalam saya tanyakan sendiri ke diri saya, dan begitu banyak
jawaban yang muncul dari pikiran dan juga hati saya.

Saya berandaikan saya hanya punya satu jam saja dalam hidup, setelah bunyi
lonceng yang menandakan enam puluh detik telah berjalan maka dunia ini segere selesai.
Saya membayangkan sesuatu yang bukan kiamat, karena jika membayangkan kiamat  hal
yang saya pikirkan hanya tentang tsunami, gunung berapi yang mengeluarkan banyak
lahar serta gempa bumi, tabrakan meteor juga jatuhnya benda-benda langit dan menabrak
bumi. Saya sungguh tidak membayangkan kiamat yang seperti itu.

Memang tidak bisa saya pungkiri, jika membicarakan tentang kiamat maka hal
itulah yang ada di kepala saya. Sebelumnya saya pernah menonton satu film tentang
kiamat yang berjudul 2012, saya menonton pada tahun 2013 dengan teman-teman. Saat
itu saya membayangkan hal itu pernah terjadi dan mungkin akan terjadi ribuan tahun lagi.
Saya menyaksikan tiap adegan dengan sangat baik, melihat orang-orang berlarian di
pusat kota untuk menghindari jatuhnya puing-puing bangunan, saya menyaksikan saat
banyak bangunan runtuh dan menimpa semua yang ada di bawahnya. Orang-orang berlari
dengan sangat cepat menuju daratan dan tempat yang lebih tinggi untuk menghindari
amukan air laut yang perlahan surut namun dengan cepat akan datang dan menghempas
dengan kencang semua yang ada. Saya menyaksikan bagai mana mereka bertahan
hidup, bahwa mungkin kiamat itu seperti itu menurut saya. Datang seperti monster yang
mengganggu hidup manusia tanpa berbelas kasih namun menyapu bersih.
 
Sehingga saat dihadapkan dengan kata kiamat atau mendengar tentang kata
kiamat, hal itulah yang muncul. Saya pun tidak menyalahkan film, bahan bacaan dan hal
lain yang membentuk pengalaman yang ada di kepala saya. Saya ingat, dulu hal itu
sangat menganggu saya. Bahkan saya takut kiamat akan seperti itu dan akan segera
datang. Pada tahun yang sama saya ke gereja dan mengikuti perayaan natal: saat itu
romo berkhotbah tentang hari kiamat. Saya mendengar dengan sangat baik sambil berpikir
bahwa pertanyaan saya menemukan jawaban di gereja saat misa hari itu. Perspektif saya
tentang kiamat lambat laun berubah, bahwa kiamat hanya tentang diri sendiri. Mungkin ini
jugalah yang mempengaruhi bagai mana saya menjalani hari-hari.

Sungguh manusiawi jika berbuat kesalahan atau kita menyebutnya dosa. Saya
merasa terkadang ditertawai oleh Sahabat Sejati saya. Saya menamai Tuhan sebagai
Sahabat Sejati, semoga teman-teman yang membaca tidak kebingungan dengan sebutan
ini. Atau mungkin saat membaca ini, terlintas dipikiran kalau semua tulisan saya
kebanyakan tentang refleksi hal sehari-hari yang saya alami. Jadi, sebelum saya
melanjutkan tulisan tentang  “Satu Jam dalam Hidup” saya ingin lebih dahulu menjawabi
tanya yang mungkin saja ada di benak saudara. Saya belajar menulis hal-hal sederhana
yang saya alami dalam hidup, tentang pengalaman harian dan juga refleksi saya tentang
sesuatu. Saat menulis, saya juga memilih hal apa secara spesifik yang akan saya tulis dan
juga soal pemilihan kata dalam tulisan. Saya sedang ingin melatih diri dengan hal seperti
itu. Bagi saya menulis memiliki banyak makna sekaligus tujuan. Kali ini, saya menulis
sebagai cara saya mensyukuri satu hari yang berlalu. Silahkan mencoba hal seperti ini dan
lihat betapa lucu dan terbatasnya hidup ini. Maka menulis membuatnya tidak terbatas.

Kembali lagi tentang “Satu Jam dalam Hidup”, yah memang sungguh manusiawi
jika kita berbuat salah. Jika berhadapan dengan manusia, saya menggunakan kata “salah”
namun jika berkaitan dengan hubungan yang lebih tinggi antara saya dan “Sahabat Sejati”
maka saya menggunakan kata “dosa” jika itu memang berkaitan dengan hal yang saya
buat melukai perasaan sesama. Saya berpikir seperti itu, sehingga saya tidak melulu
merasa bersalah dengan sesama. Saya memang merasa itu manusiawi, pandangan
seperti ini datang dari pengalaman saya. Dan hal seperti itu sangat menganggu, saya
selalu saja merasa bersalah sehingga saya minder dalam hidup dan pergaulan. Saya pun

merasa satu kesalahan membuat saya kehilangan satu berkat saya dari Tuhan. Ini jugalah 
yang membuat saya belajar untuk tulus dalam relasi apa saja dan baik dengan sesama. 
Sehingga bumi tidak akan kekurangan orang baik. 

Lalu saya berpikir Kasih Tuhan Tak Terbatas, Ia tetap mengasihi saya dan 
memberikan saya berkat asalkan saya percaya tentang itu. Mungkin hal ini abstrak, tapi 
satu hal bahwa kau mempercayai sesuatu yang tidak kau lihat agar kau bisa mengalami 
bahwa hidup ini menyenangkan. Saya berpikir injil membahasakannya dengan sangat baik 
dan saya lupa, namun pernah membacanya. Yah, ini masih tentang “satu jam dalam 
hidup”  selain tadi berpikir tentang kiamat saya juga memikirkan bagai mana IA melimpahi 
saya banyak berkat bahkan melampaui hitungan waktu yang dimiliki manusia. (Ini tidak 
membandingkan) 

Sebenarnya kembali ke saya membatasi bahwa jika memiliki satu jam saja dalam 
hidup setelahnya adalah kiamat dan tidak kita tahu apa yang terjadi setelah itu. Mungkin 
saja kita tidak lagi menjadi manusia yang memiliki kehendak dan pikiran yang bebas. 
Sehingga jika saya (lagi-lagi saya, yah memang tentang saya) memiliki waktu hanya satu 
jam saja dalam hidup, saya akan melalui dan menjalaninya dengan sebaik mungkin. 

Satu jam dengan 60 menit yang dimiliki akan saya buat begitu berharga bagi saya, 
saya akan berpkir bahwa 60 menit itu lama atau menggunakan jumlah detik saja biar 
kelihatan lebih lama. Sehingga itu sangat mempengaruhi jika satu jam itu sangat lama. 

Beberapa hal yang ingin saya buat jika hanya memiliki waktu satu jam saja. Saya 
menyebut beberapa karena kalau kita bisa melakukan banyak hal atau semua mengapa 
kita hanya memilih satu. (Hal ini tidak berpengaruh dengan relasi, kalau soal cinta yah satu 
akan satu tidak akan tergantikan). Hal yang ingin saya lakukan adalah belajar bermain 
gitar & biola sampai bisa mengiringi satu lagu kesukaan, belajar Bahasa Inggris sampai 
fasih lisan maupun tulisan sehingga bisa mengikuti test IELTS dan memperoleh skor yang 
bisa buat saya melamar beasiswa Australia dan segera bisa ke Australia. Ingin ke 
Maumere untuk sesuatu yang telah saya pikirkan dengan sangat baik. hah, ini sangat 
sederhana kan? 

Satu jam saja dalam hidup hari ini, ingin saya pakai untuk memahami pilar negara, 
nasionalisme, bela negara, integritas dalam hidup bernegara, pemahaman tentang 
berbahasa Indonesia, analogi, silogisme, analisis masalah, berhitung cepat, kemampuan 
figural, tentang berpikir logis dan tentang bagai mana yang harus saya buat atau 
kepibadian seperti apa yang harus saya miliki jika kelak menjadi aparatur sipil negara. 
Andai bisa. Sehingga jika saat itu tiba saya bisa mengklik jawaban dengan penuh syukur. 
: yang paragraf terakhir semacam doa.


Salam hangat,

Cici Ndiwa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...