Kamis, 20 Februari 2020

Kisah Cinta Jagung dan Pucuk Labu (Part 2)

Part 3 Jadian

Pada suatu malam yang dingin di kota Ruteng, kita membahas buku Pramoedya Ananta Toer yang
berjudul Bumi Manusia. Malam itu kamu membaca buku itu dan kita masih memiliki waktu untuk saling telepon
untuk saling memberi kabar dan membicarakan buku-buku. Bumi Manusia, salah satunya. Terlebih saat
novel itu diangkat menjadi film. Kita juga membahas apakah si dia pas memerankan si ini atau si itu.

Mungkin disitulah, saat kita membaca sebuah buku kita juga membayangkan tiap alur akan diperankan oleh
siapa, seperti itu. Sehingga saat ada yang memerankan itu tak sesuai ekspektasi kita, maka kita akan
memberikan argumen yang membuat kita bisa memenangkan apa yang kita pikirkan. Kita mencari orang
yang sepemikiran sama kita tentang itu.

Cara kita berpendapat kadang seringkali mengintimidasi orang lain,
namun orang yang sedang bercakap denganmu di telepon tak seperti itu. Ia telah belajar menerima
perbedaan sebagai hal yang indah, terlebih perbedaan pendapat sebagai hal yang kaya dalam dunia
intelektual.

Si Jagung mulai dengan kalimat andalannya, menanyakan kabar dan buku apa yang telah dibaca
pada hari itu. Si Pucuk Labu adalah seorang yang ingin terlihat dan terdengar baik-baik saja, tanpa
menghilangkan kesederhanaannya. Ia menjawab Si
Jagung dengan mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan
belum membaca satu buku pun pada hari ini karena ia disibukkan dengan beberapa pekerjaan.

Si Jagung yang seorang guru pada saat itu mulai menceritakan kesehariannya. Tentang jam berapa
ia bangun pagi, apa yang ia lakukan setelah bangun pokoknya rutinitas yang ia lakukan sebelum berangkat
ke sekolah. Malam itu dengan detail si Jagung menceritakannya kepada Pucuk Labu. Tentang anak murid
yang sangat semangat dalam belajar demi mempersiapkan ujian dan juga program surat menyurat yang
direncanakan oleh Si Jagung.

Sebagai seorang yang menyukai literasi, maka Si Pucuk Labu cukup nyambung ketika
membicarakan itu. Ada satu konsep yang ada di kepala Si Pucuk Labu namun ia begitu malu membicarakan
itu dengan Si Jagung. Sungguh, itu adalah kali pertama telepati bekerja dalam relasi Jagung dan Pucuk
Labu. Si Jagung langsung membicarakan sesuatu dan menawarkan untuk bekerja sama dengan Si Pucuk
Labu, si Pucuk Labu lantas antusias karena hal itulah juga yang ada dipikirannya.

***

Lalu bagaimana mereka memilih untuk mendefinisikan relasi mereka? Yah, setelah dipikirkan secara
lama maksud dari Si Jagung, maka Si Pucuk Labu pun menerima Jagung untuk menjadi pacarnya.

Kami
resmi berpacaran, siapa sangka ....
Entah dipercaya atau tidak, si Jagung datang saat masa novena tentang “relasi” selesai. Si Jagung
datang dan yah, Pucuk Labu adalah pacarnya sejak hari itu.

Sejak hari itu, ada ujud-ujud khusus yang tetap Pucuk Labu haturkan ke Sang Pencipta.

Part 4 Pacaran

Sepertinya kemarin Pucuk Labu masih single, namun pada pagi hari ia terbangun dengan satu relasi
yang baru. Ada chat di WA dan telepon hampir tiap hari sejak malam itu. Pucuk Labu memasuki masa-masa
penuh bunga berterbangan di atas kepala, inilah transisi dari tidak ada ikatan menjadi memiliki ikatan.

Pacaran adalah masa-masa saling mengenal seseorang secara lebih pribadi dan mendalam. Dalam hal mengenal tersebut, seseorang masih tetap menjadi dirinya. Kadang jika menegtahui bahwa itu sebuah proses saling mengenal maka yang bersangkutan bisa seolah-olah menjadi pribadi yang lain, yang ia pikir
akan membuat pasangannya senang. Namun, itu tidak terjadi pada relasi yang sedang dijalani oleh Pucuk Labu dan Jagung. Mereka tetap menjadi diri mereka sendiri, yang tidak enggan mengunyah walau bulir tumpah.
Yang tidak enggan berkomentar untuk kesalahan pengetikan atau ada gambar yang tidak senonoh yang
dipublish di media sosial.

Dalam proses mengenal, mereka membuat semacam pembatasan atas hal-hal yang privasi.
Jikalau pada masa PDKT, yang ditunjukkan adalah hal-hal yang indah saja, maka saat pacaran itu
lambat laun tergerus. Saling menunjukan karakter yang asli, masa pacaran sangat seru. Kita lebih tahu
secara langsung bagaimana si dia, tanpa melalui perantara atau jembatan atau menduga-duga. Kita bisa
mempelajari sifat, kebiasaan dan karakter yang muncul.

Si Pucuk Labu memang sosok yang manja, di masa-masa relasinya terjalin ia juga sedang
disibukkan dengan pekerjaannya. Si Jagung adalah sosok yang penuh perhatian, akan blak-blakan jika
bicara/chat dan juga penuh kasih. Sehingga Si Pucuk Labu merasa hari-harinya diguyuri oleh perhatian dari Si Jagung.

Si Jagung selain seorang guru, ia juga seorang penulis yang aktif. Sesuatu yang sangat lambat
diketahui oleh Si Pucuk Labu. Pucuk Labu dengan sangat antusias membaca semua tulisan Jagung di
berbagai media sosial online yang ada. Beberapa tulisan didedikasikan oleh Jagung untuk kekasih barunya, Si Pucuk Labu.

Masa pacaran merupakan masa saling berbagi. Kedua insan yang sedang ditaburi bunga, sayur dan
pepohonan ini ada di dua pulau berbeda. Salah satu cara untuk berkomunikasi pada awal relasi mereka
adalah melalui chat, telepon, video call dan juga saling mendoakan.

Tiap malam selesai mereka melakukan aktivitas masing-masing, mereka akan telepon untuk saling
berbagi cerita. Si Pucuk Labu bercerita tentang kesibukannya mengurusi persiapan satu perhelatan besar di
negara ini yang sering kali mengambil semua waktunya, psikis maupun fisik. Sampai jika Pucuk Labu pulang
malam, Si Jagung dengan setia menemaninya dengan telepon. Teknisnya, saat akan menstarter motor maka si Pucuk Labu miskol ke Jagung dan Jagung tahu apa yang harus ia lakukan. Yah, menemani dengan
suara di telepon agar si Pucuk Labu tidak merasa sendiri pulang ke rumah. Sangat banyak pengandaian 
yang mereka berdua buat soal ditemani dan menemani, dan saat mereka bertemu secara langsung pengandaian itu akhirnya diwujudkan. 

Mereka berdua saling berbagi cerita, Si Jagung bercerita tentang anak-anak muridnya di sekolah 
dan kelompok keagamaan yang dia ikuti di pulau itu. Pucuk Labu mendengar  dengan saksama. Ia menyukai cara pacarnya bercerita, ia mendukung segala yang pacarnya impikan. Dalam hati seseorang yang sedang 
mengasihi dengan tulus, ia mengaminkan segala rencana baik pacarnya itu. 

Yah, dari segala percakapan dan bentuk perhatian maka pacaran juga merupakan bentuk 
pelampiasan kasih dan sayang ke seseorang. Setiap orang bukan saja punya kebutuhan untuk disayangi, 
lebih dari itu seseorang juga punya kebutuhan untuk menyayangi seseorang dengan sangat tulus. 

Jika dihadapkan pada dua kata yakni mengasihi dan menyayangi, menurut saya yang lebih tinggi adalah mengasihi. Saya 
belum menemukan definisi yang pas itu. Namun, saat engkau sungguh-sungguh menerima baik, buruknya orang itu dan engkau tetap sayang mungkin itu bisa dinamakan dengan mengasihi. 

(Beberapa bulan setelah kami mengakhiri relasi secara resmi, saya pun menyadari bahwa bukan 
sekedar sayang saja, saya telah ada dalam tingkat mengasihi dia) 

Semua orang punya definisi masing-masing tentang pacaran, pokoknya pacaran itu sungguh 
menyenangkan. Bukan terus-terus menyenangkan juga, karena jika dua manusia disatukan tetap ada 
konflik. Dari situlah Si Pucuk Labu belajar tentang interaksi. 

Terlepas dari pemikiran tentang konflik-konflik itu, Si Jagung selalu ada jika Pucuk Labu 
membutuhkan. Ikatan kedua insan ini memang sungguh- sungguh erat. 
Dia selalu ada ketika Pucuk Labu butuh teman cerita, dia selalu ada ketika Pucuk Labu mengeluh tentang 
apa pun. Bersama dengannya, waktu sangat cepat berlalu. 

Pucuk Labu adalah seorang yang sangat serius menjalani suatu hubungan pacaran, ia bertekad 
untuk tulus dan akan selalu tulus walau dihadapi oleh hal apa pun. Sebagai manusia, ia sering kali 
menguatkan hatinya sendiri. Ia percaya, jika hubungan ini akan berlanjut di jenjang pernikahan dan mereka 
setia. Maka, satu-satunya yang membuat mereka tidak bersama adalah kematian. Wahhhhh.....sangat jauh 
kan pemikiran Si Pucuk Labu kita, yah ia memang seseorang yang sangat serius dalam menjalani suatu 
relasi, namun Si Pucuk Labu tidak akan mengekang. 

Serius sekali kan ini??? Sebagai seseorang yang sangat suka kerja, Si Pucuk Labu sangat sering 
lupa makan. Kehadiran Si Jagung membuatnya tak lupa lagi untuk makan, karena pacarnya akan selalu 
mengingatkan. 

Kadang pacarnya harus memastikan ada suara piring, senduk dan suara kunyah makanan di 
dalam mulut. 
Pucuk Labu dan Jagung pun bercerita tentang rencana-rencana ke depan, bagaimana jika Jagung 
ada sepulau dengan Pucuk Labu, rencana pendidikan, kerja dan juga keputusan untuk seriusi relasi. 

Singkatnya, kami membahas rencana masa depan kami akan seperti apa.................. 

Namun, Tuhan ternyata punya rencana yang lain. Saat itu tak sesuai dengan rencana yang ada. 
Rencana yang tak pernah terduga itulah yang membuat hidup sungguh indah karena penuh dengan kejutan ditiap-tiap jalannya. Saat itu, si Pucuk Labu menguatkan hati bahwa apa pun itu, itu adalah yang terbaik. 

Bersambung ...................... 
 

Ruteng, 20 Februari 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...