Sabtu, 22 Februari 2020

Kisah Cinta Jagung dan Pucuk Labu (Part 3)

Part 5 Breakup

Ibarat sebatang jagung, akan tumbuh ketika ada media tanam berupa tanah. Akan tumbuh subur jika disirami oleh manusia atau mendapat curah hujan yang cukup dan juga jika bibitnya bagus.  Dari satu biji itu, akan membelah. Di dalam tanah, akar serabut semakin menembus tanah dari waktu ke waktu dan di atas permukaan tanah mulai muncul daun berwarna hijau yang lambat laun akan terus bertumbuh dan menjadi tanaman jagung. Kurang lebih seperti itulah prosesnya.

Masa tumbuh tanaman jagung memang pendek, namun ia terus tumbuh. Bertahan dari segala hama dan angin. Walau masa hidupnya yang singkat, tanaman jagung tetap menghasilkan yang namanya jagung yang sering kali kita konsumsi.

Kata “seumur jagung” adalah suatu kiasan untuk suatu rentangan waktu yang singkat. Seringkali kita mendengar teman atau orang-orang disekitar kita berbicara tentang itu. Baik untuk bahasa kiasan menyatakan masa awetnya makanan maupun rentang waktu sebuah relasi. Yah relasi Jagung dan Pucuk Labu yang sangat singkat, seumur jagung.

Pucuk Labu tidak pernah menyangka relasi romantisnya akan selesai dalam rentang waktu yang singkat. Banyak hal telah dirancangkan berdua dengan Si Jagung, tanpa belum melangkah untuk mewujudkan malah relasinya harus singkat seperti usia tanaman jagung. Walau sesingkat-singkatnya umur jagung, jagung tetap menghasilkan sesuatu. Jagung pernah mulai kehidupannya, pernah membagi dirinya
dengan air dan tanah untuk tumbuh dan bertahan saat angin menggoda.

Walau begitu, sekuat dengan mencoba memikirkan hal yang rasional sekalipun dari hal yang telah
terjadi dengan relasi yang singkat dengan Si Jagung, Pucuk Labu tetap merasa bingung dan kecewa untuk mencerna semuanya.

***
Pucuk Labu ingat kalau semua masih terlihat biasa saja hari itu; masih diguyuri oleh perhatian,
tepatnya hari Sabtu. Pucuk Labu masih disibukkan dengan pekerjaan, kalau Jagung sedang membersihkan gereja bersama OMK untuk persiapan misa Sabtu Suci. Jagung masih mengirimkan foto wajahnya yang
berkeringat ke Pucuk Labu dan Pucuk Labu membalas mengirimkan foto wajah yang menunjukan wajah kelelahan, khususnya mata.

Mereka saling mengingatkan untuk beristirahat, juga mengingatkan untuk mengikuti misa pada
Sabtu Suci. Walau mereka ada di pulau yang berbeda, saat itu.
Pucuk Labu menyukai misa Sabtu Suci sejak ia kecil. Ia percaya dan yakin, segala doa yang ia
haturkan akan dikabulkan oleh Tuhan. Saat itu ia meminta sesuatu, ............

Sejak memulai relasi dengan si Jagung, setiap permohonan untuk relasi berdua selalu dituliskan
oleh Pucuk Labu di satu bukunya yang memang dikhususkan untuk itu. Ia selalu mengirimkannya kepada Jagung agar didoakan juga.

Sampai pada sore menjelang misa Sabtu suci itu, Pucuk Labu masih antusis mengirimkan
permohonan doanya ke Jagung. Biar saat mengikuti misa, Jagung juga turut mendoakan, Jagung pun setuju.

Pucuk Labu meyakini bahwa sesuatu tidak datang tanpa alasan. Ia percaya bahwa, datangnya
Jagung ke dalam hidupnya sebagai buah dari permohonan yang ia haturkan saat awal tahun itu.

Ia pun membicarakan itu dengan Jagung. Mereka mempercayai hal yang sama.
Tak ada puisi yang lebih indah dari air mata yang mengalir karena merindukan seseorang yang jauh
di seberang pulau. Menangis saat sangat rindu dan dengan sadar menyadari bahwa mereka jauh. Salah satu cara yang ditempuh adalah berdoa. Yah, religius yang romantis.

Lalu, pada suatu malam sepulang mengikuti misa. Jagung tak lagi membalas chat dari pacarnya, Si
Pucuk Labu. Sejak hari itu ia menghilang. Mulai dari tidak membalas chat, centang dua biru tanpa kejelasan, foto profilnya kontak Wanya yang lagi tak terlihat, dan ia betul-betul tidak bisa dihubungi lewat apapun.

Jagung memblokir segala media sosial.

***
Bagaimana kelanjutannya? Pucuk Labu masih tetap menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia masih bekerja, masih makan dan minum seperti biasa. Yah, Pucuk Labu tentunya melamun karena ia seorang yang sangat suka melamun. Namun, ia tidak bisa menutupi perasaannya. Ia telah di-ghosting oleh Si Jagung. Ghosting adalah aksi menghilang, yang seringkali dijumpai atau dialami dalam hubungan yang romantis. Pelakunya bisa si perempuan atau laki-laki, begitu juga korbannya. Dan menjadi korban, sungguhlah menyakitkan. Menyakitkan yang tidak menimbulkan luka atau memar, namun menimbukan pelajaran. Pelaku ghosting lebih cenderung menahan perasaan sehingga mereka terbiasa untuk
menghindari seseorang atau menghindari konflik dengan menghilang tanpa sebab.

Tidak berlebihan jika saya bilang, bahwa ghosting adalah bentuk kekejaman emosional. Beberapa
Minggu, Pucuk Labu membiarkan saya untuk tidak memperoleh informasi apa-apa atau alasan yang
membuat dia pergi. Beberapa Minggu itu dia pergi begitu saja.
Karena kesibukan kerja, sehingga Pucuk Labu tidak terlalu memikirkan untuk mencari jejak
hilangnya Si Jagung. Sesuai namanya, relasi ini memang seumur jagung. Karena tidak menemukan alasan
yang rasional, maka pemikiran yang tidak rasional namun bisa diandalkan pun terbesit di kepala Pucuk
Labu. “Yah, mungkin Sang Pencipta menginginkan seperti ini, jika berjodoh yah akan ketemu lagi tanpa
melalui perasaan yang rumit”

***

Setidaknya selama dengan Si Jagung, Pucuk Labu telah memberikan yang terbaik. Perhatian, kasih,
sayang dan ketulusan dengan kualitas terbaik dan sangat sungguh-sungguh.

Pucuk Labu tidak menyesal, meskipun ia menyadari jika dalam relasi itu segala yang diberikan dengan kualitas terbaik tidak dibalasi begitu juga oleh Jagung.

***

Aku, Si Pucuk Labu merasakan bahwa tugasku pada relasi seumur jagung itu telah selesai, itu
adalah babak hidup yang sangat indah untuk dikenang. Kecewa yang sedikit dngan bahagia yang sangat
banyak. Memori di kepala lebih banyak menyimpan hal-hal indah, sehingga hal yang tidak bahagia dapat
segera sirna.

Hadirnya Jagung memberikan beberapa pelajaran hidup, tanpa ia sadari hal seperti itulah yang bisa
ku ambil dari relasi seumur jagung itu.

***
Dear Jagung.
Beberapa tulisanmu tahun lalu di media online yang menyinggung kita baru aku balas.
Mungkin tak sesuai ekspektasimu, tulisan ini memang jujur tentang apa adanya kita.
Kita yang seumur jagung, dengan pelajaran hidup serimbun pohon beringin.
Pikirkan saja, jika dalam satu musim daunnya berguguran.
Terima kasih untuk hadir dan menjadi team kerja.
Untuk acara breakup kita yang resmi di hari kamu berulang tahun.
Setelah kamu pergi begitu saja setelah misa Sabtu Suci, saya tidak mencarimu.
Kau pun punya kehidupan yang lain, kita lahir sendiri-sendiri.
Mungkin saja, saat itu kita belum bisa bersama.
Kau hadir lagi dengan segala baikmu.
Bahwa manusia memang sungguh baik, kau merepresentasikan itu. 
Sampai hari ulang tahunmu, kita masih rayakan berdua
Rayakan lalu berdoa bersama untuk mengakhiri hubungan dengan resmi
memakai cara paling romantis yang bisa kita lakukan.
Kita berdoa tanpa suara,
tanpa saling tanya “ujudmu apa?”

........................SELESAI.

Ruteng, Februari 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...