Sabtu, 01 Februari 2020

If life becomes too easy, you will not learn

If life becomes too easy, you will not learn.
Judul berbahasa Inggris, bukan berarti penjabaran atau tulisan ini akan pakai bahasa
Inggris yah. Pokoknya untuk hal itu, saya masih banyak belajar. Mungkin judulnya terkesan ala-ala,
tapi sungguh saya suka dan bermakna. Semacam mantra dalam hidup. “if life becomes too easy,
you will not learn”  (Jika hidup menjadi terlalu mudah, Anda tidak akan belajar). Saya sungguh
meyakini ini, jadi tiap kali saya tidak mendapatkan sesuatu yang saya inginkan ungkapan itu telah
jadi semacam mantra khusus untuk saya. 

Saya sering terinspirasi oleh banyak hal, pokoknya kalau orang-orang terdekat (pernah ada
dalam hidup) pasti tahu tentang itu. Saya termasuk pribadi yang apa-apa akan saya coba, lamar
kerja kemana-mana sampai lembaran  transkrip nilai yang telah dilegalisir hampir habis begitu juga
dengan ijazah. Termasuk juga saat melamar beasiswa, selain urus berkas; saya juga latihan
bahasa Inggris sampai uang hampir habis (ekonomis sekali kan saya?) trus sampai oran-orang
yang saya tanyai lelah menjawab begitu banyak pertanyaan saya tentang beasiswa study
magister. Saya merasa terlahir dengan “semangat mencari” yang sangat berlimpah dalam darah.
Saya tidak bisa berhenti pada satu hal, akan sangat cepat bosan. Jadi, saya juga punya insting 
dan semangat berburu walau banyak gagal, saya tak pernah lelah mencoba. Namun untuk urusan
satu, saat saya memilih satu orang untuk hidup saya, yah akan satu dan seumur hidup saya tulusi
perasaan itu.

Mungkin tulisan ini begitu berapi-api dan begitu bersemangat, yah memang saat mengetik
ini saya sedang dihinggapi rasa semangat yang luar biasa untuk belajar. Semoga bisa ditularkan
kepada sahabat sahabat yang menyempatkan diri untuk membaca ini. Semoga juga, jika kemudia
hari saya kurang bersemangat saya akan kembali mendapatkan energi dari tulisan ini.

Tulisan ini hanyalah sebuah refleksi hidup harian  yang tentu saja tidak begitu mendalam
dan sangat subyektif.  Ada saat saya merasa hidup ini sangat baik sama saya, terkadang juga
saya merasa beruntung. Saya sadar, bahwa ini sungguh manusiawi. Saya hidup berdampingan
dengan yang lain,lalu suka membandingkan apa yang saya miliki dan apa yang mereka miliki. Di
situ muncullah kecembruan saya, saya berpikir bahwa orang yang disekitar saya juga mengalami
hal yang demikian. Hal begitu seringkali saya rasakan, yang beruntung pada tahun ini saya tidak
begitu suka membandingkan saya dengan yang lain. Mungkin usia dan banyak belajar bisa
mematangkan sisi emosional manusia, khususnya saya. Sampai saya berpikir bahwa, yah sudah
sebeginilah saya.

Ungkapan itu bukanlah ungkapan keputusasaan. Ungkapan itu bentuk penerimaan diri.
Sekali lagi ini hanyalah refleksi yang sangat subyektif tentang bagaimana saya melihat hidup.
Karena tiap akhir hari menjelang tidur, hidup tidak pernah berhenti. Akan banyak perenungan
tentang hidup, hari ini, esok dan hari-hari di mana saya akan rajin mengisahkan bagaimana saya
melalui hari ini.

Harapan

 Tentang perjumpaan dan perjalanan yang ingin saya maknai dan tidak semua hal harus
dimaknai.  Saya pun memilih kalimat dan pemikiran yang tepat untuk menjadikannya sebuah
tulisan di sini. Selain demi kenyamanan isak tangis saudara-saudari, ini juga demi privasi.  Saya
tidak ingin menumpahkan  hal yang dikemudian hari saya sesali. semuanya di sini. Sangat indah
jika punya privasi, sungguh.

Nah, kalau semua hal dengan mudah bisa didapatkan, pasti hidup tak menarik lagi.
Kembali ke tulisan ini. Setelah kemarin saya membicarakan cita-cita, kali ini saya ingin
mengisahkan tentang perjalanan saya menempuh cita-cita. Maafkan jika terlalu banyak basa-
basinya sedari tadi.

Ini murni kejujuran hati seorang gadis sederhana yang sedang belajar memaknai tiap hal,
termasuk tiap gagal yang ia tempuh. Gadis itu adalah saya. Seorang yang juga sedang belajar
untuk selalu mengasihi semua orang tanpa mengharapkan balasan, mengasihi dengan tulus.
Seorang yang juga sedang perbanyak perbuatanbaik dengan orang, karena percaya apa yang
ditabur adalah yang dituai. Ini bukan promosi diri, saudara-saudari. Bahkan saat ia  menulis
tentang sejumlah kegagalannya dalam banyak hal, hidupnya telah cukup menerima itu sebagai
pelajaran.

Saya telah mengikuti test tertulis untuk menjadi panitia pemilihan kecamatan dalam rangka
pemilihan bupati dan wakil bupati di kabupaten Manggarai. Sangat banyak peserta yang mengikuti
test, presentasi laki-laki lebih banyak dari perempuan. Untuk posisi ini, akan mempertimbangkan
30% keikutsertaan perempuan. Dalam hati saya berharap, semoga saya dan kedua teman 
perempuan saya dapat lolos test kali ini. Tentu saja ini adalah harapan. 

Memang tidak semuanya akan lolos, kita tidak tahu sampai pengumuman kelulusan 
diumumkan. Sebelum itu tidak salahnya jika kita berharap ada nama kita di papan pengumuman. 
Karena jka nanti pengumumannya telah keluar, kita tidak bisa berharap lagi agar ada nama kita 
kan? Semoga dapat dimengerti apa yang saya maksudkan dengan tulisan ini. Saya dan kamu 
punya harapan tentang apa saja, itulah yang membuat waktu sangat indah dijalani, 

Sebelum memulai mengerjakan soal, saya melihat begitu banyak wajah yang saya kenali. 
Namun itu tidak membuyarkan konsentrasi saya saat mengerjakan test tertulis itu. Saya ingat, saat 
diberi kesempatan untuk berdoa saya dengan tulus minta ke Tuhan (saya akan tulis bagaimana 
posisi Tuhan dalam hidup saya), dengan sangat niat saya pinta semoga saya dimampukan dalam 
mengerjakan soal kali ini. Semoga saya tetap tenang jika menemukan soal yang tidak saya 
temukan jawabannya, saya tetap meminta Tuhan untuk membantu saya mengerjakan itu. 

Sebagai seorang yang kadang punya perasaan sangat tipis, seperti akan sedih sesedihnya. 
Saya juga pinta ke Sahabat Sejati saya untuk membantu saya mnegolah emosi dan perasaan. Jika 
lolos maka saya akan menjalankan tugas dengan baik dan akan tetap rendah hati, jika tidak maka 
saya percaya ada pekerjaan lain yang sedang disiapkan untuk saya dan saya tidak akan menjadi 
rendah diri. Kalau semua hal dengan mudah bisa didapatkan, pasti hidup tak menarik lagi. 

Menghitung Kegagalan 

Di akhir hari saya sangat suka menghitung jumlah kegagalan yang mampu saya ingat, di 
samping saya juga menhitung jumlah berkat yang saya terima. Saya membayangkan, tiap manusia 
memiliki porsi gagal dalam hidup, jadi tiap sekali gagal menghampiri Sampai di sini saya 
kebingungan menentukan arah tulisan ini. Bukankah tanpa arah itu menyenangkan? Kita bisa 
tersesat bersama-sama. 

Saya akan menutup tulisan malam ini dengan sebuah permenungan yang menjadi 
kekuatan, setidaknya esok pagi bisa bangun tanpa kehilangan makna dan kesenangan hidup, ini 
saya kutip dari salah satu twit teman “When life becomes more challenging trust men you ll get the 
best lesson ever” (Ketika hidup menjadi lebih menantang, percayalah Anda akan mendapatkan 
pelajaran terbaik:  CN 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...