Selasa, 28 Januari 2020

Kenapa Saya Menulis?


Saya sedang mengikuti project menulis 1000 kata perhari bersama teman-teman, ini akan
menjadi hari pertama dan tulisan ini adalah tulisan pertama saya dalam project itu. Saat
mengiyakan untuk mengikuti project itu, saya tidak kepikiran tentang bagaimana saya akan
membagi waktu menulis 1000 kata perhari dengan hal lain. Hal yang juga menuntut keseriusan
saya. Namun hal lain yang saya pikirkan tentang project ini yakni bisa melatih diri ini untuk lebih
konsisten dalam menulis, terlebih 1000 kata perhari.
Dalam project ini, kami akan menulis selama 30 hari dengan jumlah 1000 kata per hari.
Kami bisa menulis tentang apa saja dan hal inilah yang paling saya suka, menulis panjang tanpa
dibatasi dengan tema. Sebenarnya saya juga sedang berpikir akan menulis apa hari ini? Jujur saja
di kepala begitu banyak ide dan hal-hal yang ingin saya tulis. Untuk memulai project ini saya ingin
menuliskan tentang “kenapa saya menulis?” Semoga ditulisan berikutnya kita bisa saling berbagi
apa saja dari hal yang paling sederhana sampai hal paling rumit.
Yah, ini tentang hobi yang saya dapat lalu saya tekuni karena saya suka membaca. Saya
teringat, di hadapan setumpuk koran bekas saya bilang ke diri saya “jangan hanya baca tulisan
orang, orang juga harus baca tulisan Cici nanti” dan sungguh ini ampuh, itu semacam mantra yang
saya sebut saat tahun 2009. Namun beberapa tahun sebelumnya, tulisan saya telah muncul di
majalah Kunang-Kunang.
Semacam mantra itu terlintas saja dipikiran saya yang saat itu pesimis dan serba minder
sama pergaulan masa SMP, jujur saja saat itu saya belum tahu hobi yang bisa saya tekuni. Saya
dalam lingkungan pergaulan yang hampir semua teman-teman saya memiliki suara bagus, bisa
melukis, main musik dan bisa berolahraga. Hal itulah yang buat saya minder, karena saya tidak
bisa seperti mereka. Saya meyakini bahwa saya di usia yang itu sedang berusaha menemukan
hobi.
Sejak kapan saya suka membaca? Sejak saya lancar membaca. Pertama kali kelas 3 saya
membaca serial Kitab Suci yang saya pinjam dari teman kelas, saya tertarik sama gambarnya.
Saya ingat, saking suka sama serial Kitab Sci itu saya sampai bilang ke teman akan beli jika ia
jual. Tentu saja, saya bisa mendapatkan itu. Akhirnya buku itu sah jadi milik saya. Saat itu, saya
juga menyukai buku doa-doa harian dan menghafal semua doa-doanya, itu karena menjelang
komuni pertama. Selain itu, saya menyukai serial tentang binatang, buku yang saya dapat sebagai
bonus membeli susu. 
Saat Sekolah Dasar tempat yang paling sering saya kunjungi selain kantin adalah
perpustakaan.  Saya suka membaca buku-buku yang bercerita tentang hewan dan tumbuhan.
Seringkali saya terlambat masuk kelas saat selesai istirahat karena keasyikan membaca buku di
perpustakaan. Beberapa kali saya pura-pura sakit biar bisa masuk ke UKS yang berdampingan
dengan perpustakaan. Saat teman dan guru meninggalkan saya sendirian di UKS, maka masuklah
saya ke perpustakaan dengan bebasnya dan membaca buku-buku kesukaan.
Kelas 5 SD, saya ketagihan dengan majalah Kunang-Kunang. Semua kolomnya saya baca
sampai saya hafal dengan nama penulis tiap-tiap karya.  Ada kolom khusus cerita, puisi dan
gambar. Kebanyakan para penulisnya dari luar Manggarai. Tapi dari situlah saya mulai mengenal
tentang tempat-tempat yang ada di Flores ini. Saat itu, saya bisa menghafal cerita dan
menceritakannya lagi ke Mama dan teman-teman.
Saya juga menyukai majalah Bobo dan Donald Bebek, saya mendapatkannya dari Mama.
Beliau membelinya di pinggiran toko, saat itu di dekat toko Sejati ada yang menjual menggunakan
gerobak. Saya pun ketagihan membaca serial Doraemon dan Shincan dan berlanjut ke bahan
bacaan-bacaan lain sampai saat ini.
Tulisan pertama saya muncul di majalah Kunang-Kunang tahun 2009.
Saya  telah memasuki masa SMP ketika tulisan yang saya tulis di tahun 2006 diterbitkan di
majalah Kunang-Kunang. Sebenarnya saya tidak menyangka akan demikian karena saat itu kami
hanya mendapat tugas untuk membuat tiga buah karangan dengan cerita yang berbeda dan tugas
itudiberikan oleh pa Frans. Saat itu, beliau sedang melaksanakan praktik mengajar bahasa Inggris
di SD kami. Saat itu saya menulis tentang relasi saya dengan kakek, tulisan itu berjudul kakekku.
Saat saya menulis, kakek saya sedang sakit dan saat saya mendapat majalah kunang-kunang
yang memuat tulisan saya itu, kakek saya telah meninggal. Kamu tahu bagaimana perasaan sedih
paling polos kan? Sayangnya, saya tidak menyimpan majalah itu dengan baik.
Tiap kali mengingat tentang tulisan saya yang muncul di Kunang-Kunang saya selalu 
bersemangat untuk mengembangkan hobi menulis. Walau seringkali diikuti dengan keingian untuk 
bersantai yang sesantai-santainya. 
Dari situlah saya menyukai menulis. 
Menulis di buku harian 
Saya menulis di buku harian dengan sangat rajin sejak SD sampai hari saat Mama 
menemukan buku harian itu. Saya pun mulai memilh hal-hal yang akan saya tulis.  Sebagai 
seorang manusia yang sangat suka mengabadikan sesuatu di dalam buku, saya memiliki selusin 
buku harian. Buku-buku itu masih saya simpan dengan sangat baik sampai hari ini. Dengan 
berbagai warna dan ukuran, namun jika dibuka akan menemukan banyak coretan di dalamnya dan 
juga sisa-sisa kertas yang telah saya  robek. Hal itu demi menghilangkan jejak-jejak kemunafikan 
dan hal remeh yang tidak ingin saya kenang di kemudian hari. Setiap kali melihat tiap kertas itu 
terbakar, saya selalu merasa menang. 
Berpindah ke blog & akan menetap di sana. 
Tahun 2017, dikenalkan blog oleh teman. Sampai pada tahun 2019 saya mulai 
memakainya dengan agak rutin, walau sering lalai mengisi tulisan. Dengan adanya blog, 
sebenarnya saya lebuh merasa memiliki tanggungjawab untuk menulis. Sampai saat menulis ini, 
menulis bukan hanya sekedar hobi bagi saya tapi juga berbagi. Saya sangat senang saat melihat 
statistik kunjungan di blog. 
Tiap selesai menulis tentang sesuatu, saya selalu merasa memiliki makna. Namun saat 
menulis di blog, saya selalu memfilter hal yang ingin saya bagikan. Saya ingin jika nanti saya 
membaca kembali tulisan itu, saya tidak ingin diingatkan tentang hal buruk. Makanya, saya belajar 
untuk menulis hal yang psotif-postif saja. 
Menulis juga sebagai sarana untuk terapi bagi saya. Maka menulis haruslah selalu 
menyenangkan untuk saya. Karena menyenangkan makanya saya akan berpikir tema atau konten 
apa yang akan saya tulis hari ini, atau soal pilihan kata dan penempatan diri dalam tiap tulisan 
saya. 
Terkadang tulisan panjang yang saya selesaikan hanya berurusan dengan hati, seperti 
segala curahan hati tentang orang, pengalaman atau ide yang terlintas di benak saya. 


Ruteng, 26 Januari 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setahun Berdua

                                                  " Selamat merayakan setahun berdua dalam relasi pacaran ini, *ian dan Cici.      Tida...